Sukses

Permintaan Turun, Harga Minyak Terjatuh

Dengan adanya laporan dari IEA dan juga OPEC tersebut, pelaku pasar mulai menghitung ulang kapan bakal terjadi titik keseimbangan baru.

Liputan6.com, New York - Harga minyak turun pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong utama penurunan harga minyak adalah pelemahan permintaan dunia.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (14/9/2016), harga minyak untuk pengiriman Oktober turun US$ 1,39 atau 3 persen ke angka US$ 44,90 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sedangkan harga minyak Brent, yang merupakan patokan harga dunia, turun US$ 1,22 atau 2,52 persen ke US$ 47,10 per barel di ICE Futures Europe.

Dalam laporan yang keluar pada Selasa pagi, International Energy Agency (IEA) menyebutkan bahwa terjadi perlambatan pertumbuhan permintaan minyak global pada kuartal III 2016.

Dalam laporan tersebut IEA menyebutkan bahwa permintaan minyak pada kuartal III 2016 sebesar 800 ribu barel per hari, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,5 juta barel per hari.

IEA menekankan bahwa sebenarnya permintaan masih ada tetapi semua mengalami perlambatan seperti contohnya di negara-negara maju seperti China dan India yang permintaan minyak untuk pembangkit listrik juga menurun.

Sehari sebelumnya, organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) juga telah melaporkan bahwa negara-negara non-OPEC masih membanjiri dunia dengan minyak. OPEC merevisi perkiraan pasokan minyak dari negara-negara non-OPEC menjadi lebih besar.

"Penurunan permintaan global membuat persediaan minyak dunia mencapai wilayah tertinggi baru," jelas Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch & Associates.

Dengan adanya laporan dari IEA dan juga OPEC tersebut, pelaku pasar mulai menghitung ulang kapan bakal terjadi titik keseimbangan baru antara permintaan dan persediaan sehingga mendorong harga minyak naik. Sebagian besar analis menyatakan bahwa kemungkinan keseimbangan tersebut baru terjadi pada 2018 nanti. (Gdn/Ndw)