Liputan6.com, Balikpapan - Penjualan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax di Kalimantan tumbuh cukup signifikan. Dalam catatan PT Pertamina (Persero), penjualan Pertamax di Kalimantan mencapai 972 kilo liter per hari, meningkat 41 persen dibanding periode sebelumnya yang tercatat 689 kilo liter per hari.
Pejabat Sementara Manajer Umum Marketing Operation Region 6 Pertamina Kalimantan Arief Prianto menjelaskan, peningkatan penjualan Pertamax ini memberikan dampak positif kepada lingkungan. "Konsumsi produk pertamax dan pertalite sama artinya mendukung perlindungan lingkungan,” dia, Kamis (15/9/2016).
Arief melanjutkan, Pertamax merupakan produk BBM berkualitas tinggi serta ramah lingkungan. Penggunaan BBM non subsidi dipastikan mampu mengurangi 20 persen emisi gas buang kendaraan bermotor dibandingkan menggunakan Premium. “Lebih berhemat 20 persen dibandingkan kita menggunakan Premium. Ramah lingkungan,” papar dia.
Advertisement
Baca Juga
Pertamina menyasar konsumen kalangan tertentu yang memiliki keperdulian terhadap perlindungan lingkungan. Selain menginginkan BBM berkualitas bagi kendaraan bermotor, menurut Arief kalangan ini turut berperan dalam permasalahan lingkungan.
“Karenanya kami membagikan kantong tas kanvas ramah lingkungan bagi pembeli pertamax senilai Rp 200 ribu. Tas kanvas ini bisa dipergunakan sebagai pengganti tas plastik yang merusak lingkungan,” ujarnya.
Arief menyatakan Pertamina merupakan perusahaan bertaraf internasional yang memberikan perhatian pada permasalahan lingkungan. Terdapat empat program sosial Pertamina yaitu hutan kota Patra Avia Sepinggan, Green Care School dan konservasi mangrove Margomulyo.
Sales Executive MOR 6 PT Pertamina Kalimantan, Sonny Indro mengatakan penanaman pohon mangrove menjadi satu perhatian utama dalam penyelamatan lingkungan. Pertamina sempat melakukan penanaman 1 juta bibit pohon mangrove di Surabaya beberapa waktu lalu.
“Pohon mangrove mampu menyerap 4 kali karbon dioksida ada di udara,” paparnya.
Sonny menyebutkan Indonesia terdapat 3 juta hektare hutan mangrove tersebar dari Sabang hingga Merauke. Dia membeberkan terdapat penebangan hutan mangrove seluas 52 ribu hektare per tahun.
“Artinya terdapat 190 juta ton karbon dioksida yang tidak mampu lagi diserap akibat penebangan pohon mangrove,” ujarnya.
Pertamina turut peduli dalam menjaga kelangsungan penanaman kembali tanaman mangrove di seluruh Indonesia. Program sosial ini sinergi dengan produk produk BBM Pertamina yang dirancang berwawasan lingkungan. (Abelda Gunawan/Gdn)