Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan di wilayah perbatasan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mencanangkan Program Membangun Lumbung Pangan di Perbatasan. Melalui program ini, setiap wilayah perbatasan didorong agar mampu swasembada padi, jagung, cabai, bawang merah serta komoditas lainnya sesuai dengan wilayah tersebut.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, ‎hal ini dilakukan untuk menghilangkan ketergantungan sumber pangan dari daerah‎ lain atau negara lain. Pembangunan wilayah perbatasan ini berarti juga membangun desa yang termasuk kategori daerah pinggiran.
Baca Juga
Untuk itu dalam membangun Lumbung Pangan di Perbatasan ini Kementerian Pertanian menggandeng Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Advertisement
"Kita berkomitmen untuk membangun lumbung pangan di daerah perbatasan dan daerah transmigrasi. Kita bangun dengan Kementerian Desa, agar bisa tingkatkan kesejahteraan petani, tekan inflasi. Sisanya (hasil pertanian) kita ekspor ke negara tetangga. Kita bisa jadi pemenang karena berbatasan langsung dengan negara tetangga‎‎," ujar dia di Kantor Kementan, Jakarta, Jumat (16/9/2016).
Amran mengungkapkan, akan ada 44 kabupaten di wilayah perbatasan yang akan dikembangkan dan masuk dalam program ini. Rencana pada tahun ini akan ada 4.000 hektar (ha) lahan di wilayah perbatasan yang akan dikembangkan menjadi lumbung pangan.
"Tahun ini 4.000 ha. Kalau 20 ribu ha, anggarannya sekitar Rp 40 miliar. Itu belum termasuk alsintan (alat mesin pertanian). Kita butuh Rp 100 miliar untuk perbatasan," lanjut Amran.
Salah satu kabupaten yang telah dijadikan pilot project dari program ini yaitu Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau yang berbatasan dengan Singapura. Rencananya di kabupaten tersebut akan dibangun lahan pertanian seluas 10 ribu ha untuk memenuhi kebutuhan pangan di wilayah tersebut dan diekspor ke Negeri Singa.
"Contoh Kabupaten Lingga, berbatasan dengan Singapura. Di sana hanya butuh 12 ribu ton beras. Kita bangun 10 ribu ha untuk hasilkan 150 ribu ton per tahun. Dengan catatan beras organik. Ini untuk kesejahteraan petani. Nanti ada juga bawang, cabai dan lain-lain. Kita koordinasi dengan Kementerian Desa," kata dia.
‎Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk membangun lumbung pangan di wilayah perbatasan dimulai dengan mengindentifikasi kebutuhan dari negara tetangga, menggali potensi sumber pertumbuhan baru pangan perbatasan, pencanangan program dan kegiatan perbatasan secara komprehensif dan berkelanjutan, serta dalam melaksanakan program.
‎"Sekarang ini untuk menciptakan lumbung pangan harus dengan mekanisasi (alsintan). Kalau mengandalkan tenaga manusia sulit didorong. Kita siapkan sarana produksi, irigasi siapkan, hilirisasi dilakukan, ini bersifat holistik,"‎ tandas dia.