Liputan6.com, Belitung PT Bank Mandiri Tbk memberikan komitmen penyaluran kredit infrastruktur sebesar Rp 92,8 triliun hingga akhir Agustus 2016. Sementara pinjaman yang telah dicairkan sebesar Rp 49,4 triliun di periode tersebut atau 53,23 persen dari nilai komitmen.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan, komitmen penyaluran kredit infrastruktur sebesar Rp 92,8 triliun di bulan kedelapan ini tumbuh sekitar 40,2 persen (Yoy).
"Dari nilai komitmen Rp 92,8 triliun, pinjaman yang telah dicairkan adalah Rp 49,4 triliun di Agustus ini atau meningkat sekitar 19 persen dari periode yang sama tahun lalu," kata dia saat Media Gathering di Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Kamis (22/9/2016).
Baca Juga
Dia beralasan, proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai pada umumnya bersifat tahun jamak (multiyears) sehingga proses pencairan pun mengikuti perkembangan dari masing-masing proyek. Dengan pola tersebut, tingkat pencairan kredit yang telah disetujui berbeda-beda.
"Terbesar pencairan kredit ke sektor transportasi sebesar Rp 16,7 triliun di Agustus 2016. Sementara pencairan kredit untuk proyek pembangkit tenaga listrik telah mencapai Rp15,6 triliun, proyek jalan tol Rp 7,6 triliun, dan sektor telekomunikasi Rp 8,9 triliun," dia menjelaskan.
Dari nilai Rp 92,8 triliun, Rohan menyebut, penyaluran terbesar diserap sektor transportasi yang mencapai Rp 36,4 triliun, dengan proyek yang dibiayai antara lain proyek pengembangan bandara, pelabuhan laut serta kereta api.
Adapun proyek infrastruktur lain yang memperoleh pendanaan Bank Mandiri yakni proyek pembangkit tenaga listrik sebesar Rp 28,7 triliun, pembangunan jalan tol Rp 15,3 triliun dan sektor telekomunikasi Rp 12,5 triliun.
“Infrastruktur merupakan salah satu komponen utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sesuai dengan komitmen Bank Mandiri dalam membantu merealisasikan program Nawacita pemerintah, terutama pada penciptaan kemandirian ekonomi Indonesia," dia menjelaskan.
Rohan mengaku, perusahaan dapat mengelola kredit dengan melalui strategi diversifikasi limit pinjaman, evaluasi industri dan kinerja calon debitur, koordinasi antar Unit Bisnis, serta evaluasi portofolio kredit. Di samping itu, pada kredit yang eksisting, perseroan menerapkan strategi early warning signal dan prinsip antisipatif serta monitoring administrasi kredit.
“Sampai dengan akhir 2016, kami targetkan rencana penarikan sekitar Rp17 triliun terutama dari proyek-proyek pembangkit listrik serta migas,” imbuh Rohan.(Fik/Nrm)