Liputan6.com, Jakarta Citi Indonesia berharap adanya program pengampunan pajak (tax amnesty) akan berdampak pada pertumbuhan kredit di dalam negeri. Sebab, adanya dana yang kembali ke Indonesia (repatriasi) diharapkan akan meningkatkan investasi di Indonesia dan menggairahkan kembali perekonomian Indonesia.
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan, sepanjang tahun ini, pertumbuhan kredit mengalami perlambatan. Hal ini dirasakan oleh seluruh perbankan di Indonesia.
Baca Juga
"Kita melihat ada penurunan dari kredit, ini umum di semua perbankan. Data dari banking center itu di bawah 10 persen. Jadi memang mungkin korporasi itu wait and see, kita lihat dari semester 1 banyak nasabah individu, korporasi dan institusi, lebih memanfaatkan refinancing. Jadi belum ada new money untuk capital expenditure," ujar dia dalam Peluncuran Citi VCA di Jakarta, Rabu (28/9/2016).
Advertisement
Namun demikian, Batara berharap pada kuartal IV tahun ini permintaan kredit perbankan terus mengalami perbaikan. Salah satunya dengan adanya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin.
"Bank itu mengikuti sektor riil. Kalau sektor riil single digit ya kita juga single digit. Jadi kita perhatikan apa inovasi yang dilakukan oleh pemerintah. Sekarang interest rate sudah dipangkas 5 kali dengan reverse repo rate dari 5,25 persen menjadi 5 persen. Kita harapkan itu jadi insentif bagi korporasi. Dan kalau sektor riil menggeliat mereka akan datang ke bank," kata dia.
Selain itu, adanya dana repatriasi dari tax amnesty juga akan mendorong kegiatan di sektor riil. Dengan demikian pertumbuhan kredit diharapkan bisa melebihi perkiraan BI yang sebesar 7 persen-9 persen pada tahun ini.
"Kita harapkan, berarti uang yang datang ke sini kan harus masuk ke investasi, kalau investasinya di riil sektor akan membuat demand kredit akan datang. Sehingga pertumbuhan kredit bisa menggeliat," tandas dia.