Liputan6.com, Jakarta Bagi masyarakat Bangka, timah merupakan salah satu sumber penghidupan. Namun berbeda dengan Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau lebih dikenal dengan Airnav Indonesia Cabang Pratama Bandar Udara Depati Amir Pangkal Pinang Bangka Belitung. Bagi Airnav Pangkal Pinang, adanya timah menjadi masalah tersendiri.
Adanya kandungan timah yang berlimpah di bandara ini membuat Airnav Pangkal Pinang Sulit untuk menemukan titik nol sebagai tempat meletakkan penangkal petir.
Adanya alat penangkal petir sangatlah berpengaruh dalam dunia navigasi. Alat komunikasi air traffic control (ATC) di Bandara Depati Amir kadang rusak akibat sengatan petir.
Advertisement
"Dulu sering alat navigasi kami rusak akibat petir. Tetapi sekarang sudah tidak terjadi lagi. Kami sudah punya alat baru yang bisa menangkal petir," kata General Manager Airnav Indonesia Pangkal Pinang, Wawan Winarto, di Bandara Depati Amir, Bangka Belitung, Jumat (30/9/2016).
Sebelum memiliki alat baru ini, alat komunikasi dan navigasi di bandara ini bisa sampai dua kali terkena petir dalam satu tahun. Dengan adanya alat baru ini hampir tidak terjadi sambaran petir di alat-alat ATC.
Biasanya sistem penangkal petir yang ada adalah menangkap petir dan kemudian menyalurkan ke dalam tanah. Namun dengan alat baru ini, petir ditangkal sebelum terjadi.
"Ini semacam atmosfer di bumi. Menangkal benda yang masuk ke bumi. Alat ini juga menangkal petir sehingga tidak mengganggu alat-alat navigasi di ATC. Alat ini diimpor oleh Airnav Pangkal Pinang dari Kanada. Bandara lain yang juga sudah menggunakan alat ini adalah Bandara Ngurah Rai Bali," katanya.