Liputan6.com, Cirebon - Mata uang rupiah memiliki sejarah yang panjang. Memerlukan bertahun-tahun agar rupiah bisa menjadi mata uang yang diperhitungkan seperti saat ini.
Saat ini, pengelolaan rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) yang menjalankan fungsi sebagai pengelola moneter. Dalam perkembangannya, perjalanan rupiah tidak lepas dari momen-momen masa penjajahan dan kemerdekaan.
Pemandu Museum Bank Indonesia Krisno Winarno menuturkan, sebelum dinamakan rupiah, mata uang di Indonesia sudah ada mulai dari Kerajaan Mataram Kuno abar ke-8.
Advertisement
Baca Juga
"Setelah Mataran ada uang emas dari Jenggala, uang Gobok dari Majapahit, Kasa Kesultanan Banten dari Buton, Rich Dalder cikal bakal uang kertas di dunia. Ada juga uang token dari perkebunan-perkebunan di Indonesia dan uang dari negara asing lain sudah pernah beredar di sini kemudian kami simpan di Museum," tutur Krisno seperti ditulis Rabu (5/10/2016).
Seiring perjalanan waktu hingga masa kemerdekaan, pada tahun 1946 rupiah di Republik Indonesia tidak bisa terdistribusi baik. Dari kondisi itu, pemerintah pusat memberikan kuasa dan wewenang penuh kepada daerah untuk mencetak uang sendiri. Kemunculan uang Republik Indonesia di daerah tersebut dengan gambar dan desain yang disesuaikan daerah.
"Tapi dari nilai mata uang nya sama 1 ori sama dengan 1 orida waktu itu. Bahkan, uang rupiah sempat di cetak di salah satu perusahaan media Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta. Kualitas uang seperti koran termasuk bentuk hurufnya," sambung Krisno.
Tidak terdistribusi rupiah saat itu bersamaan dengan masa euforia masyarakat Indonesia merayakan kemerdekaan yang dideklarasikan Presiden Sukarno. Lebih lanjut dijelaskan, uang perbedaan Ori dan Orida hanya pada daerah yang mengeluarkan mata uang rupiah saja.
"Ketika uang Ori Yogyakarta mau dibelanjakan di Jakarta yang pakai Orida harus ditukar dulu seperti kita menukar mata uang asing. Agak ribet memang tapi nilainya tetap sama," ujarnya.
Hingga akhirnya, pada tahun 1949 pasca konferensi meja bundar, mata uang rupiah kembali menjadi satu. "Pada tahun 1949 pasca konferensi meja bundar, belanda menyatakan meninggalkan Indonesia otomatis seluruh kekuasaan republik utuh dan rupiah bisa terdistribusi dengan mudah," tutur dia.
Seiring berjalannya waktu, pada masa penjajahan Jepang, rupiah menjadi medianya masuk ke Indonesia dalam mendukung Kampanye 3A utk Indonesia. Sementara itu, di dalam Museum Bank Indonesia, terdapat empat ruang utama.
Yakni ruang penyimpanan emas, ruang numismatic penyimpanan uang, ruang pengedaran dan percetakan uang, serta ruang koleksi buku. "Gedung diresmikan tahun 1937, tapi sudah ada sebelum tahun 1828. Setelah peresmian gedung tahun 1937 pemerintah hanya melakukan pemeliharaan saja artinya belum ada perbaikan," ujarnya. (Panji Prayitno/Gdn)Â
Â