Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)Â Basuki Hadimuljono telah melakukan inspeksi mengecek beberapa infrastruktur mendukung ketahanan pangan di Kalimantan Selatan yang merupakan salah satu provinsi lumbung pangan nasional.
Inspeksi dimulai sejak pagi hari menuju Bendungan Tapin di Desa Pipitak Jaya, Kabupaten Tapin, kemudian melihat pembangunan saluran irigasi di 3 daerah irigasi (DI) yakni DI Amandit di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, DI Batang Alai di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan DI Pitap di Kabupaten Balangan.
Inspeksi tersebut dilakukan untuk melihat langsung pekerjaan pembangunan yang dilakukan dan mendorong percepatan pembangunan infrastuktur pendukung ketahanan pangan seperti pembangunan bendungan dan peningkatan jaringan irigasi.
Advertisement
Saat mengunjungi Bendungan Tapin di Desa Pipitak Jaya, Kabupaten Tapin, Menteri Basuki mengatakan bahwa pembangunan Bendungan Tapin akan dipercepat penyelesaian pembangunannya dari rencana awal yang ditargetkan selesai pada September 2019.
Baca Juga
Saat meninjau pembangunan saluran irigasi DI Amandit, Menteri Basuki menjelaskan bahwa Bendung Amandit kapasitasnya dapat mengairi 5.427 hektare tetapi saat ini baru dapat mengairi lahan seluas 2.000 hektare.
"Airnya sayang sekali baru setengahnya dimanfaatkan, karena di sini kualitas airnya bagus," ujar Basuki dalam keterangannya, Rabu (5/10/2016).
Untuk itu Kementerian PUPR akan membangun saluran irigasi primer sepanjang 26.852 meter yang airnya bersumber dari Bendungan Amandit dan saluran irigasi sekunder sepanjang 49.784 meter.
"Kita sedang membuat saluran primer dan sekunder untuk bisa memenuhi atau memanfaatkan penuh 5.427 hektare," ujarnya.
Ia menargetkan pembangunan dengan anggaran Rp 96,7 miliar tersebut dapat selesai pada 2017 atau 2018. Sementara ini kemajuan pembangunan konstruksi saluran irigasi Amandit telah mencapai 37,17 persen dengan progres keuangan 79,83 persen.
Sementara itu saat meninjau pembangunan saluran irigasi Batang Alai, Menteri Basuki meminta kontraktor untuk mengecek lagi kualitas pekerjaan dengan spesifikasi yang ada. "Bila tidak sesuai dengan spesifikasi, saya minta bongkar,"tegasnya.
Hal tersebut dilakukan agar umur beton saluran dapat bertahan selama 10 tahun sehingga biaya operasi dan pemeliharaannya tidak besar.
Daerah irigasi Batang Alai memiliki luas potensial mencapai 5.692 hektare. Saat ini tengah dikembangkan dengan dibangun saluran irigasi primer sepanjang 3.500 meter dan saluran sekunder 30.233 meter. Pembangunan senilai Rp 234,5 miliar tersebut telah dikerjakan sejak 2015 dan ditargetkan selesai pada 2017.
Terkait pembangunan saluran irigasi di DI Pitap menggunakan anggaran Rp 265,5 miliar, memiliki potensi pengairan hingga 4.000 hektar namun saat ini baru mencapai 1.000 hektare. Untuk itu Kementerian PUPR akan membangun saluran primer sepanjang 550 meter dan saluran sekunder sepanjang 32.550 meter.
Pembangunan ditargetkan selesai pada 2017 tersebut, saat ini kemajuan fisik baru mencapai 10,06 persen dan pencairan keuangan 45,7 persen. (Yas/Gdn)