Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memastikan akan mencetak uang rupiah baru dengan gambar-gambar pahlawan sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 31 Tahun 2016 tentang Penetapan Gambar Pahlawan Nasional Sebagai Gambar Utama Pada Bagian Depan Rupiah Kertas dan Rupiah Logam NKRI.
Saat ini Bank Indonesia masih dalam proses desain sebelum nanti langsung dicetak oleh Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri).
Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Suhaedi menjelaskan, uang rupiah bergambar pahlawan baru ini nanti tidak hanya di uang kertas, melainkan juga di uang logam.
Advertisement
Lalu berapa biaya cetak uang kertas dan uang logam ini?
Suhaedi mengungkapkan setiap tahun Bank Indonesia sudah menganggarkan biaya pencetakan uang yang tertuang dalam Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI). Hanya saja dia mengaku tidak bisa mempublikasikan secara rinci.
"Kalau anggaran ada di ATBI setiap tahun, kalau detil itu bersifat rahasia atau tidak untuk dipublikasikan," kata Suhaedi kepada Liputan6.com, Jumat (7/10/2016).
Baca Juga
Namun, Suhaedi menjelaskan, tingkat kerumitan dalam pencetakan uang kertas dan logam dinilai berbeda-beda. Untuk uang kertas, tingkat keamanan akan lebih kompleks dibandingkan uang logam.
Meski uang logam memiliki bahan yang lebih berat, namun dalam proses produksinya, uang kertas lebih mahal dibandingkan uang logam.
"Karena produksi uang kertas itu kertasnya khusus, dan memiliki aspek keamanan yang kompleks, itu yang menjadikan lebih mahal," papar dia.
Seperti diketahui, uang rupiah kertas merupakan salah satu mata uang yang memiliki tingkat keamanan paling tinggi di dunia. Uang rupiah kertas sendiri memiliki tingkat keamanan hingga tiga level.
Level 1 (terbuka/overt), unsur pengaman yang dapat dideteksi tanpa bantuan alat (3D). Level 2 (semi tertutup/semi covert), unsur pengaman yang dapat dideteksi dengan menggunakan alat yang sederhana seperti kaca pembesar dan lampu ultraviolet (UV).
Sedangkan level 3 (tertutup/covert), unsur pengaman yang hanya dapat dideteksi dengan menggunakan mesin sortasi yang dimiliki oleh Bank Sentral atau peralatan laboratorium/forensik. (Yas/Gdn)