Liputan6.com, Kuningan - Kabupaten Brebes Jawa Tengah akan mendapat tambahan air yang mengalir dari Bendungan Kuningan yang terletak di Desa Randusari Kecamatan Cibereum Kabupaten Kuningan. Proyek bendungan yang menyerap anggaran Rp 464 miliar tersebut ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2017.
Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Bendungan Cimanuk-Cisanggarung Arya Muldianto menyebutkan, bendungan ini akan mengalir ke 1.000 hektare lahan pertanian di Kabupaten Kuningan dan 2.000 hektare lahan di Kabupaten Brebes.
"Oleh karena itu di proyek ini ada MoU dari banyak pihak seperti pemerintah pusat, Pemeirntah Provinsi Jara Barat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Jateng, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Kuningan melalui sharing penyediaan lahan. Konstruksi full dari pemerintah pusat. Bendungan ini akan menjadi salah satu daerah irigasi teknis," kata dia seperti ditulis Minggu (9/10/2016).
Advertisement
Baca Juga
Pada proyek ini, air akan dijamin dari Bendungan Kuningan. Air kemudian mengalir ke Daerah Irigasi Jangkelok yang ada di Kabupaten Brebes Jawa Tengah.
Debit air yang akan mengalir di Kabupaten Brebes Jawa Tengah sekitar 240 liter per detik, sementara di Kabupaten Kuningan Jawa Barat sekitar 120 liter per detik.
Pada proyek ini, progres pengerjaan sampai 27 persen fisik dengan kontrak multiyears. "Keuangan baru 25 persen cair di Oktober ini. Kami optimistis akhir tahun depan bendungan sudah bisa beroperasi," ujarnya.
Pada proyek tersebut, bendungan juga bisa dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro dengan kapasitas setengah megawatt. Bendungan Kuningan juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengaliri air bersih.
"Siapapun yang mau berinvestasi untuk PLTA dan air bersih silahkan asalkan sesuai dan mau mengikuti aturan yang sudah ditetapkan pemerintah pusat karena masuk dalam proyek strategis nasional," sebutnya.
Selain PLTA dan air bersih, Bendunga Kuningan juga berfungsi untuk menahan banjir. Dia menjelaskan, bendungan ini akan mereduksi debit banjir puncak, dengan efek redaman hingga 30 persen dari debit banjir pada umumnya.
"Tidak terlalu besar banjir sih banjir, tapi paling tidak kalaupun ada banjir waktu bisa diperlambat, jumlah debit banjirnya ditahan dulu ke Bendungan. Sehingga saat keluar dari sungai Cikaro bisa tidak banjir," sebutnya.
Kepala Bidang Pengelolaan Jaringan Sumber Air (PJSA) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cisanggarung Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Dwi Ariyani mengatakan, untuk persoalan ganti rugi lahan dibayar variasi. Besarannya antara Rp 30 ribu sampai Rp 100 ribu per meter tergantung jenis lahann. "Penanganan sosial kami bekerjasama dan sinergi dengan pemda setempat," sebutnya.
Kendati demikian, dari total lahan yang digunakan proyek bendungan, proses pembebasan lahan baru 82 persen, sementara 18 persen lahan yang belum dibebaskan masih dalam proses.
"Baru menyelesaikan di daerah genangan, sekarang proses pembebasan lahan di daerah hilir dan masih mencari kesepakatan nilai ganti ruginya. Masa kontrak bendungan ini berlangsung sampai 50 tahun terhitung dari beroperasinya bendungan," sebut Dwi. (Panji Prayitno/Gdn)
Â