Sukses

Industri Diminta Gandeng Peternak Lokal soal Pasokan Bahan Baku

Kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri untuk susu olahan mencapai 3,8 juta ton.

Liputan6.com, Jakarta Industri pengolahan susu di dalam negeri masih menggantungkan pasokan bahan baku dari negara lain. Ini karena dari total kebutuhan bahan baku industri baru 21 persen yang dipenuhi dari dalam negeri.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto‎ mengatakan, kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri untuk susu olahan mencapai 3,8 juta ton. Sementara pasokan bahan baku susu segar dalam negeri hanya sekitar 798 ribu ton.

Selebihnya, masih diimpor dalam bentuk Skim Milk Powder, Anhydrous Milk Fat, dan Butter Milk Powder dari berbagai negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

”Hal tersebut merupakan peluang dan sekaligus tantangan bagi usaha peternakan sapi perah di dalam negeri untuk meningkatkan produksi dan mutu susu segar sehingga secara bertahap kebutuhan bahan baku susu untuk industri dapat dipenuhi dari dalam negeri,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (10/10/2016).

‎Oleh sebab itu, ucap Panggah, pihaknya mendorong industri pengolahan susu untuk menjalin kerja sama dengan peternak sapi perah dalam negeri. Program kemitraan ini dalam upaya peningkatan daya saing industri karena didukung dengan pemenuhan bahan baku susu segar yang berkesinambungan dan berkualitas baik.

"Melalui program kemitraan itu, diharapkan para peternak memperoleh manfaat-manfaat positif," dia menjelaskan.

Manfaat itu, antara lain pendampingan mengenai manajemen produksi susu, perbaikan sarana dan prasarana produksi, serta peningkatan kualitas dan produktivitas susu yang dihasilkan.

Hal ini secara langsung akan berdampak pada peningkatan produksi susu dan kesejahteraan peternak sapi perah.

‎Dari sisi konsumsi, tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia saat ini rata-rata 12,10 kilogram (kg) per tahun setara susu segar.

Tingkat konsumsi tersebut masih di bawah negara-negara ASEAN lain seperti Malaysia yang mencapai 36,2 kg per tahun; Myanmar 26,7 kg per tahun; Thailand 22,2 kg per tahun; dan Filipina 17,8 kg per tahun.

”Masih rendahnya tingkat konsumsi per kapita tersebut, menunjukkan bahwa pasar untuk industri pengolahan susu ini masih sangat terbuka. Ini tentu menjadi peluang usaha peternakan sapi perah dan koperasi susu untuk meningkatkan produksi susu segar yang berkualitas dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku susu bagi industri,” tandas dia.