Liputan6.com, Hong Kong - Prancis menjadi salah satu negara yang masyarakatnya lebih pandai mengatur keuangan di dunia. Hal itu berdasarkan studi oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Dikutip dari laman Bloomberg, studi itu dilakukan kepada 52 ribu orang dewasa dari 30 negara. Dalam studi itu diteliti soal pengetahuan keuangan dan sikap mereka terhadap uang.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa Prancis berada di urutan pertama dengan angka 14,9. Kemudian diikuti Finlandia. Lalu ada Norwegia, Kanada, Hong Kong dan Selandia Baru, serta Korea Selatan. Secara umum semakin kaya negaranya, maka semakin baik penilaiannya.
Advertisement
Baca Juga
Meski demikian, ada juga pengecualian, yaitu Inggris dengan produk domestik bruto (PDB) sekitar US$ 44 ribu angka penilaiannya 13,1. Angka itu di bawah rata-rata semua negara yang disurvei. Adapun negara yang mendapatkan angka terburuk adalah Belarusia dengan nilai 11,7 dan Polandia dengan nilai 11,6.
Adapun Amerika Serikat (AS) tidak berpartisipasi dalam studi tersebut. OECD pun tidak mengungkap alasannya.
Namun, Finra Invesstor Education Foundation pada Juli lalu merilis hasil survei bahwa 25 ribu warga AS mampu mengatur keuangannya. Laporan itu juga menemukan kalau stabilitas keuangan warga AS menjadi lebih kuat dalam beberapa tahun terakhir meski pengetahuannya masih kurang.
Untuk mengukur keterampilan seseorang mengatur keuangan tersebut dengan tes mengenai konsep inflasi, risiko investasi dan bunga.
Dalam studi OEDC menemukan bahwa rata-rata 56 persen responden menjawab lima pertanyaan dengan benar. Masyarakat Hong Kong paling terbaik dalam tes tersebut dengan 84 persen menjawab lima pertanyaan dengan benar. Sedangkan masyarakat Malaysia dan Afrika Selatan mendapatkan nilai terendah.
Adapun dalam penelitian itu banyak berkaitan dengan masalah matematika. Dengan kemampuan matematika juga sangat penting untuk mengatur keuangan Anda.
Akan tetapi, jika seseorang belum dapat atur keuangannya, maka pelajaran soal bunga tak akan membantu. Laporan baru-baru ini menunjukkan kalau mengajar seseorang soal uang lebih berat ketimbang kelihatannya.
"Mengajar keuangan bukanlah solusi. Sangat kecil efeknya terhadap perilaku keuangan," ujar John Lynch, Profesor University of Colorado Leeds School of Business.
Ia menuturkan, daripada mengajarkan soal konsep abstrak lebih baik mengajarkan atau memberikan keterampilan tertentu kepada seseorang. Di AS misalnya, siswa SMU diajarkan tentang pinjaman mahasiswa, biaya perguruan tinggi. Karyawan baru juga diajarkan mengenai bagaimana mengatur rencana pensiun mereka.
Dalam studi OECD lainnya juga menyebutkan kalau masyarakat Prancis juga lebih baik mengenai perilaku dan sikap soal keuangan ketimbang pengetahuan. Sedangkan Prancis dan Finlandia tertinggal dari Hong Kong soal pengetahuan dan konsep keuangan tersebut. (Ahm/Ndw)