Sukses

Sri Mulyani: Jangan Khawatir Jika The Fed Naikkan Suku Bunga

Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan seluruh negara harus antisipasi kenaikan suku bunga the Federal Reserve.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati meminta kepada seluruh pelaku pasar tidak panik dan khawatir berlebihan bila Bank Sentral Amerika ‎Serikat (AS) atau the Federal Reserve mengeksekusi kenaikan tingkat suku bunga di akhir tahun ini.

Lantaran pemerintah akan menjaga stabilitas makro ekonomi Indonesia sehingga dampak dari penyesuaian suku bunga AS bisa diminimalisir.

"Kita perbaiki pondasi ekonomi Indonesia dari sisi komunikasi kebijakan, sehingga masyarakat maupun dunia usaha tidak perlu merasa khawatir berlebihan," kata Sri Mulyani di Jakarta, seperti ditulis Kamis (13/10/2016).

Isu kenaikan Fed Fund Rate, sambungnya, dibahas dalam pertemuan tahunan IMF-World Bank belum lama ini.

Dia menuturkan, ‎pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen mengenai prospek kebijakan The Fed tahun ini dan tahun depan melalui data pertumbuhan ekonomi maupun lapangan kerja. Hasilnya mengindikasikan potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed.

"Keputusan terakhir memang masih menunda, tapi ini adalah keputusan yang dianggap dekat dengan keputusan untuk mengubah suku bunga di akhir 2016 dan 2017. Sehingga seluruh negara harus mengantisipasi kenaikan Fed Fund Rate," harapnya.

‎Di sisi lain, kebijakan Perdana Menteri Inggris Theresa May yang setuju melibatkan parlemen terkait rencana keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa memberi sentimen positif terhadap penguatan mata uang pound sterling.

"Mereka (Inggris) ada persoalan bagaimana rencana Brexit dieksekusi di bawah pemerintahan Perdana Menteri baru ini. Jadi terserah pemerintah Inggris dalam melakukan negosiasi yang akan sangat panjang dan rumit dengan Eropa," ujar Sri Mulyani.

Pengaruhnya ke dunia dan Asia khususnya, Sri Mulyani menuturkan akan lebih positif mengingat pemerintah Inggris akan berusaha memperkuat daya tarik sehingga hubungan dengan negara-negara di kawasan Asia tumbuh paling tinggi.

"Makanya kita bisa melihat bagaimana pemerintah Inggris meminimalkan dampak dari Brexit bisa positif," ujar Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu. (Fik/Ahm)

Video Terkini