Sukses

Rupiah Menang Lawan 4 Mata Uang Lain

Penguatan kurs rupiah terhadap beberapa mata uang negara lain akan berpengaruh terhadap harga barang ekspor.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perkembangan nilai tukar eceran rupiah yang dipantau melalui tempat penukaran mata uang (money changer) di seluruh Indonesia. Kurs mata uang Garuda ini mengalami penguatan terhadap empat mata uang negara lain selama September Minggu ke-IV 2016.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, selama pekan keempat September, rupiah berada di level Rp 12.937,54 atau mengalami apresiasi terhadap empat mata uang negara lain, yakni dolar Amerika Serikat (AS), dolar Australia, Euro, dan Yen Jepang dibanding Minggu ke-V Agustus ini.

"Kurs rupiah menguat terhadap mata uang 4 negara, yaitu terhadap dolar AS, apresiasinya 2,27 persen atau 300,27 poin, dolar Australia 0,73 persen atau 73,01 poin, euro 2 persen atau 295,37 poin, dan terhadap yen Jepang 0,38 persen atau 0,49 poin," kata Suhariyanto di Jakarta, Senin (17/10/2016).

Kurs rupiah terhadap dolar AS, sambungnya, tertinggi di Nusa Tenggara (NTT) sebesar Rp 12.821,67 dan terendah di Gorontalo Rp 13.180 per dolar AS. Terhadap dolar Australia, kurs rupiah tertinggi di Kalimantan Utara Rp 9.456 dan terendah di Papua Rp 9.960,33.

Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap Euro, tertinggi di Aceh Rp 14.296,12 dan terendah Rp 14.609,29 di Jawa Barat. Dan terhadap Yen Jepang, kurs rupiah tertinggi di NTT Rp 121,50 dan terendah di Maluku Utara Rp 129,62.

"Tapi di Oktober Minggu ke-II, kurs rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi 0,37 persen. Sedangkan terhadap dolar Australia, Euro, dan Yen Jepang, kurs rupiah menguat masing-masing 0,60 persen, 0,88 persen, dan 2,21 persen," jelas Suhariyanto.

Dia menuturkan, penguatan kurs rupiah terhadap beberapa mata uang negara lain akan berpengaruh terhadap harga barang ekspor sehingga lebih mahal dan sulit bersaing dengan barang ekspor dari negara lain.

"Tapi positifnya total nilai ekspor kita juga akan berpengaruh dari penguatan kurs rupiah. Ini  penguatannya masih bergerak tipis, jadi dampaknya tidak terlalu besar," ujar Suhariyanto. (Fik/Ahm)

Video Terkini