Sukses

BI Bakal Longgarkan Kebijakan Moneter hingga Tahun Depan

Inflasi berada pada level 3,3 persen atau sesuai dengan target BI di kisaran 3 sampai 5 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Langkah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan 7 day reverse repo rate (7 DRR) menjadi 4,75 persen memberikan tanda bahwa kebijakan bank sentral berpihak kepada pertumbuhan ekonomi. Diharapkan dengan adanya pemangkasan suku bunga acuan tersebut bisa memicu pertumbuhan kredit. Ekonom memperkirakan pelonggaran kebijakan moneter ini akan berlanjut sampai tahun depan. 

Ekonom PT Bahana Securities Fakhrul Fulvian menjelaskan, BI terus mendorong penurunan suku bunga acuan karena kebijakan tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan penurunan suku bunga acuan akan berdampak kepada penurunan suku bunga simpanan dan kemudian ke suku bunga pinjaman. 

Dengan penurunan suku bunga pinjaman tersebut, diharapkan akan mendorong industri dan sektor riil untuk mengambil kredit yang digunakan menjalankan usaha sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.

 

Fakhrul pun melihat bahwa BI akan terus melonggarkan kebijakan moneter hingga 2017 nanti. Hal tersebut ditopang oleh rendahnya angka inflasi serta nilai tukar rupiah yang mengalami penguatan.

"Dengan inflasi yang stabil rendah hingga akhir tahun, rupiah yang menguat serta neraca perdagangan yang menunjukkan perbaikan, ruang pelonggaran masih ada," kata dia di Jakarta, Jumat (21/10/2016).

Inflasi berada pada level 3,3 persen atau sesuai dengan target BI di kisaran 3 sampai 5 persen. Sementara, neraca perdagangan Indonesia saat ini masuk dalam fase perbaikan.

BI mengeluarkan pernyataan adanya perbaikan ekonomi di Eropa dan India yang diperkirakan tumbuh lebih tinggi. Namun memang, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) diproyeksikan masih melambat.

"Untuk yang pertama kali setelah beberapa kali RDG, BI menyinggung tentang positifnya perkembangan pertumbuhan di India, ini menandakan adanya beberapa hal positif yang mulai terbangun," kata Fakhrul.

Pernyataan itu mengoreksi pernyataan sebelumnya di mana ekonomi global diperkirakan masih melambat dan tumbuh tidak merata. Menurut dia, hal itu justru menunjukkan optimisme terbangunnya perekonomian. (Amd/Gdn)

Video Terkini