Liputan6.com, New York - Harga emas kembali naik pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Harga emas yang sudah turun cukup dalam membuat pelaku pasar kembali memborong emas.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (26/10/2016), harga emas untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,8 persen ke level US$ 1.273,60 per troy ounce di divisi Comex New York Mercantile Exchange. Harga emas tersebut ditutup pada level tertinggi sejak 3 Oktober.
Penurunan harga emas dalam beberapa pekan terakhir sudah cukup dalam. Pelaku pasar kembali membeli emas karena harga dipandang sudah cukup rendah.
Advertisement
Baca Juga
Kenaikan harga emas juga didukung oleh prospek ekonomi di Amerika Serikat (AS) yang masih berpotensi melemah ke depannya. Hal tersebut dilihat dari indeks kepercayaan konsumen yang telah turun ke angka 98,6 pada Oktober ini jika dibandingkan dengan september yang ada di angka 103,5.
"Ada tanda-tanda kehidupan kembali di instrumen emas ini," kata Analis Senior RJO Futures Bob Haberkorn. Menurutnya, harga emas yang sudah menyentuh US$ 1.250 per troy ounce dianggap terlalu rendah.
Di awal bulan ini, data-data ekonomi di AS menunjukkan adanya perbaikan atau penguatan. Hal tersebut meningkatkan perkiraan bahwa Bank Sentral AS akan segera menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat ini.
Rencana kenaikan suku bunga tersebut menjadi khabar buruk bagi emas. Alasannya, kenaikan bunga akan menekan emas karena harus bersaing dengan instrumen investasi lain yang memberikan bunga.
Jika sebelumnya harga emas sempat terus menerus berada di atas angka US$ 1.300 per troy ounce, setelah membaiknya data tersebut harga emas terus berada di bawah level tersebut.
Analis Komoditas ETF Securities Nitesh Shah menjelaskan, investor sebenarnya berspekulasi saat ini. Belum ada dasar-dasar yang kuat penguatan harga emas sehingga ada kemungkinan bakal turun kembali. Namun beberapa investor memang melihat bahwa penurunan harga emas saat ini sudah terlalu dalam sehingga kembali melakukan aksi beli.
Ia melanjutkan, situasi politik di AS yang sedang memanas karena berlangsung pemilihan presiden sebenarnya bisa menjadi sentimen positif bagi emas. Investor akan mencari instrumen lindung nilai di saat situasi politik belum stabil. (Gdn/Ndw)
Â