Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia merosot tiga persen usai pasokan minyak Amerika Serikat (AS) secara mingguan catatkan rekor. Katalis itu membuat investor khawatir terhadap pasokan global usai analis prediksi produksi minyak OPEC naik secara bulanan.
The US Energy Information Administration (EIA) menyatakan pasokan minyak naik 14,4 juta barel secara mingguan. Angka ini naik lebih dari satu juta barel yang diperkirakan analis. Kenaikan pasokan secara mingguan ini terbesar sejak 1982.
"Ini sangat,sangat rendah. Tak ada sentimen selain laporan tersebut," ujar James L. Analis Komoditas WTRG Economics, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (3/11/2016).
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot US$ 1,33 atau 2,9 persen ke level US$ 45,34 per barel. Harga minyak Brent turun US$ 1,28 atau 2,7 persen menjadi US$ 46,86 usai sentuh level terendah ke level US$ 46,46, dan angka ini terendah sejak 28 September 2016.
Baca Juga
Pasar komoditas terutama minyak bergejolak usai pengumuman anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada 27 September akan memangkas produksi. Hal itu sempat membuat harga minyak sentuh level tertinggi dalam satu tahun terutama minyak Brent di level US$ 53,73 dan WTI dalam 15 bulan di kisaran US$ 51,93.
"Begitu banyak sentimen di pasar, terutama likuiditas. Saya tidak akan terkejut jika akhir minggu atau awal pekan depan, harga minyak sentuh US$ 41-US$ 42 per barel, apalagi melihat pasar kurang yakin OPEC akan memangkas produksi," ujar Analis Tyche Capital Advisors Tariq Zahir.
Produksi minyak OPEC diperkirakan sentuh rekor tertinggi 33,8 juta barel per hari (bpd)pada Oktober. Pertemuan OPE diharapkan finalkan keputusan memangkas produksi pada 30 November 2016.
Pada pekan ini, dua negara anggota OPEC mengindikasikan untuk menaikkan produksi minyak ketimbang memangkasnya. Nigeria menyatakan produksi minyak sekitar 2,1 juta barel per hari. Sedangkan Libya meningkatkan produksi minyak sejak pertengahan September. Produksinya sekitar 590 ribu bpd.
Impor pasokan minyak AS naik 2 juta bpd, hingga menjadi di bawah 9 juta bpd. Tingkat itu tertinggi sejak September 2012. "Saya tidak yakin impor akan tetap tinggi dan (refinery) akan meningkat," ujar Scott Shelton, Broker ICAP. (Ahm/Ndw)
Advertisement