Liputan6.com, Jakarta Indonesia tengah mengembangkan jet tempur generasi 4.5 yang bekerjasama dengan Korea Aerospace Industries (KAI). Program yang dinamakan KFX/IFX ini akan menjadi titik bangkit Indonesia dalam kemandirian industri pertahanan.
Sebagai pihak yang ditugaskan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan jet tempur ini, PT Dirgantara Indonesia (Persero) menandatangani perjanjian peningkatan pemasaran dalam Indo Defence 2016 di JIExpo Kemayoran.
Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh menjelaskan kerjasama pemasaran ini menjadi satu bagian dari rencana pemasaran KFX/IFX.
Advertisement
"Ini salah satu bagian untuk KFX/IFX. Kita masih dalam tahapan Enginering Manufacturing Development, masih panjang, tapi kita sudah tau bentuknya," kata Budiman saat berbincang dengan Liputan6.com yang ditulis, Jumat (4/11/2016).
Dalam rangka program pengembangan jet tempur tersebut, PTDI saat ini sudah mengirim sebanyak 70 orang engineer ke Korea Aerospace Industries untuk belajar dan menguasai teknologi yang akan digunakan dalam jet tempur tersebut. Jumlah ini akan bertambah setiap tahunnya.
"Jadi tidak hanya mengetahui bagaimana membuat fighter, tetapi juga mempelajari sistem-sistem yang digunakannya," tegas dia.
KFX/IFX ini, dengan teknologi generasi 4.5, menjadi kerja sama yang dilakukan secara jangka panjang dengan total investasi kedua negara mencapai US$ 8 miliar. Proyek ini akan melibatkan APBN masing-masing negara.
Jet tempur ini akan menjadi pesaing jet tempur buatan Amerika Serikat (AS) F-22 dan F-35. Secara generasi, jet tempur buatan Indonesia dengan Korea Selatan ini jelas di atas jet tempur legendaris F-16.
Sebagai tahap awal, Indonesia dan Korea tengah membuat desain dan prototype jet tempur ini. Tahap awal ini ditargetkan kedua perusahaan akan selesai pada tahun 2019. Baru nantinya tahun 2020 masuk dalam proses produksi.
Dalam kesepakatan itu, PT DI dan KAI akan memproduksi 200 unit jet tempur, di mana 150 unit akan menjadi hak milik pemerintah Korea Selatan dan 50 unit akan menjadi hak pemerintah Indonesia. Hal ini karena porsi Indonesia dalam pengembangan jet tempur ini hanya 20 persen.
Pembuatan 200 unit jet tempur itu diperkirakan akan selesai pada tahun 2035-2040. Proyek ini bersifat jangka panjang. Teknologi yang diterapkan dalam pesawat ini diakui cukup canggih.
Seperti diketahui sebelumnya, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, Andi Alisjahbana mengungkapkan, jet tempur yang akan dihasilkan dari kerja sama dua negara ini akan memiliki generasi 4.5. Saat ini beberapa produk jet tempur yang ada di dunia masih generasi 4.
"Sukhoi yang kita miliki, yang katanya paling canggih itu masih generasi 4, fighter yang kita produksi nanti sudah 4.5," kata dia.
Jet tempur ini nantinya akan memiliki tipe semi siluman (stealth) yang ke depannya mampu dikembangkan ke tipe stealth atau jet tempur generasi 5. Di dunia, saat ini baru Amerika Serikat (AS) yang mampu memproduksi jet tempur generasi 5, yaitu jet tempur siluman F-22 dan F-35.
Andi mengungkapkan kerja sama pengembangan ini menjadi hal yang strategis mengingat dalam sebuah negara pertahanan udara adalah kunci utama dalam sebuah negara.
"Negara itu kalau diserang awal dari udara, kalau udara sudah dikuasi itu mau dilawan lewat darat atau laut, itu sudah susah sekali. Jadi kita sangat perlu kembangkan tipe fighter seperti ini untuk jaga wilayah udara kita," kata Andi.
(Yas/Zul)