Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak informasi mengenai investasi di luar sana. Bagi investor pemula, mungkin sulit untuk mengolah mana yang merupakan opini, miskonsepsi, dan mana yang mitos.
Kalau Anda ingin sukses berinvestasi, ketahui tujuh mitos investasi berikut ini. Namun sebaiknya, Anda tidak benar-benar mempercayai mitos tersebut, seperti melansir CekAja.com:
Advertisement
Baca Juga
1. Sulit memulai
Bagi Anda yang tidak pernah berinvestasi sebelumnya, investasi mungkin terdengar asing. Ketika niat investasi sudah ada, Anda bingung seperti bagaimana membeli reksadana dan saham.
Apa itu bank kustodian, Rekening Dana Investor, bagaimana mengecek harga saham, dan lain-lain.
Karena sudah semakin canggih, tidak sulit untuk mulai belajar mengenai investasi karena semua informasi sudah tersedia di internet. Begitu juga dengan semakin banyaknya marketplace reksadana dan online trading. Intinya, berinvestasi kini semakin mudah dilakukan.
2. Investasi membutuhkan banyak uang
Masih ada anggapan kalau investasi butuh modal banyak. Anggapan ini benar jika investasi dalam bentuk properti.
Tapi sekarang ini Anda bisa membeli produk reksadana hanya dengan Rp 50.000 saja. Tidak perlu jadi kaya untuk mulai investasi, tapi Anda bisa kaya dari investasi.
3. Sangat berisiko
3. Sangat berisiko
Tidak ada investasi tanpa risiko. Namun dalam investasi, Anda bisa memilih mau mengambil risiko yang rendah atau tinggi.
Risiko rendah terdapat pada produk reksadana pasar uang, sedangkan saham memiliki risiko tinggi. Semakin tinggi risiko, biasanya semakin tinggi pula imbal hasilnya. Tapi sekali lagi, Anda tidak harus mengambil risiko tinggi ini jika tidak mau rugi.
4. Takut tertipu
Berita tentang investasi bodong memang menakutkan. Bayangkan saja kehilangan uang sampai ratusan juta rupiah.
Meskipun pelaku berhasil dihukum, belum tentu uang bisa kembali. Ciri-ciri investasi bodong biasanya menjanjikan pengembalian tinggi dalam waktu singkat.
Awalnya memang terasa menguntungkan, namun sebenarnya pelaku hanya memutar uang investor (menggunakan uang investor lain sebagai keuntungan). Karenanya, pilih produk investasi yang sudah terdaftar in Bursa Efek Indonesia dan diawasi OJK.
5. Performa di masa lalu menggambarkan performa di masa depan
Membeli produk investasi dengan riwayat menguntungkan di masa lalu memang menggoda. Tapi performa yang baik di masa lalu tidak menjamin performa di masa depan. Jangan pula berinvestasi hanya karena melihat performa satu atau dua bulan.
Advertisement
6. Membeli saham saat IPO dibuka
6. Membeli saham saat IPO dibuka
Initial public offerings (IPO) di mana perusahaan menawarkan saham mereka kepada publik memang sangat menggiurkan.
Banyak orang ingin menjadi yang pertama dalam memiliki saham sebuah perusahaan setelah IPO dibuka. Namun Anda sebaiknya tidak terburu-buru karena setahun atau dua tahun kemudian, bisa saja harga saham justru lebih rendah dari harga saham ketika IPO.
Contoh nyatanya adalah Facebook. Bagi banyak investor ulung, menunggu sebentar tidak masalah untuk memastikan apakah perusahaan berjalan sukses atau tidak. Kalau Anda berniat berinvestasi untuk jangka panjang, menunggu bisa membuat Anda mendapatkan harga terbaik.
7. Investasi emas selalu menguntungkan
Pertumbuhan harga emas kerap kalah dibandingkan instrumen investasi lain termasuk perak.
Sepanjang tahun 2009-2013 saja, pertumbuhan harga perak mencapai 155,20 persen, sedangkan emas 80,43 persen. Selain itu, pembelian emas juga mengharuskan investor untuk mengeluarkan dana tambahan yakni biaya pembuatan.
Emas juga instrumen investasi yang sangat buruk pertumbuhannya dalam jangka pendek. Investasi emas sebaiknya dilakukan untuk jangka panjang. (Nrm/Ndw)