Liputan6.com, Jakarta Orangtua yang tengah mendidik anak-anak perlu memahami bagaimana cara yang tepat membesarkan mereka.
Apalagi dengan kondisi saat ini, pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mempengaruhi terjadinya perbedaan yang signifikan antar generasi.
Anak-anak yang terlahir pada kurun 1995-2010 adalah generasi digital yang sangat dekat dengan teknologi. Mereka pun disebut dengan dengan Generasi Z.
Advertisement
Anda perlu mempersiapkannya secara matang agar anak-anak generasi ini bisa menghadapi masa depan yang akan sangat bergantung dengan teknologi. Tak hanya melihat dari aspek psikologis, tetapi juga keuangan hingga pendidikan.
Baca Juga
Dari sisi keuangan, VP Head of Market Intelligence & Investment Specialist Team Bank DBS Indonesia Markus Erik A mengatakan, setidaknya terdapat empat tahap penting dalam berinvestasi untuk mempersiapkan masa depan generasi ke depannya.
Dengan investasi, seseorang dapat menghindari dampak inflasi di masa mendatang, termasuk dalam hal biaya pendidikan yang terus meningkat.
Dia pun membeberkan tahapan yang perlu diperhatikan saat berinvestasi. Pertama, mengetahui kebutuhan secara objektif.
Misalnya kebutuhan untuk mempersiapkan pendidikan anak, berapa lama waktu yang tersedia untuk investasi serta berapa jumlah yang dapat diinvestasikan.
“Yang terpenting bukanlah seberapa besar Anda berinvestasi tetapi seberapa cepat Anda mulai berinvestasi. Orang yang investasi dengan jumlah Rp 10 juta bisa menghasilkan jumlah yang besar jika karena memulai lebih cepat dibandingkan orang yang investasi dengan jumlah Rp 20 juta tetapi memulai belakangan,” kata Markus.
Kedua, kenali profil risiko agar dapat menyesuaikan dengan jenis instrumen investasi yang tepat. Ketiga, kenali berbagai instrumen investasi.
Keempat, lakukan monitoring secara periodik. Monitoring bertujuan menyesuaikan investasi dengan kondisi ekonomi.
Selanjutnya, orangtua juga perlu memperhatikan dengan benar dari aspek pendidikan. United Nations memperkirakan penduduk dunia pada 2030 akan mencapai 8,5 miliar orang.
Dalam kondisi semacam itu, kompetisi di dunia kerja akan semakin ketat. World Economic Forum bahkan memprediksikan 5 dari 7 pekerjaan yang tersedia nantinya adalah pekerjaan yang saat ini tidak ada.
Markus mengungkapkan ini juga saat mencoba memberikan edukasi seputar parenting melalui acara ajang 360 Degree of Generation Z yang mengangkat tema Invest for Happiness beberapa waktu lalu. Acara ini hasil kerjasama PT Bank DBS Indonesia bersama CekAja.com.
Psikolog Anak Rininta Meyftanoria yang merupakan Founder of EUREKA memaparkan generasi Z lahir dan dibesarkan di era digital.
Selain itu, Generasi Z juga memiliki karakteristik antara lain intensif berkomunikasi secara digital dan global. Mereka juga multitasking atau mampu mengerjakan beberapa hal dalam satu waktu.
Menurut dia, orangtua juga harus memikirkan aspek keuangan, yang sangat berpengaruh terhadap masa depan Generasi Z. Apalagi, biaya pendidikan terus mengalami kenaikan, sehingga orangtua Generasi Z harus pandai mengatur strategi untuk menyiasatinya.(Nrm/Ndw)