Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III 2016 mencapai 5,02 persen (year on year). Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang tercatat 5,18 persen (year on year).
"Sementara secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi nasional hingga kuartal III tercatat 5,04 persen," jelas Kepala BPS Suhariyanto, Senin (7/11/2016). Â "Sudah lumayan bagus, tapi masih harus ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas," tambah Suhariyanto.
Ada beberapa alasan mengapa pertumbuhan ekonomi nasional sedikit terkontraksi. Alasan utama adalah kondisi ekonomi dunia pada kuartal III masih belum stabil dengan tingkat pertumbuhan yang tidak merata. "Ekonomi beberapa negara mitra dagang yang sebagian besar tumbuh melambat di kuartal III," tambah dia.
Advertisement
Ia pun mencontohkan, pertumbuhan ekonomi China stagnan 6,7 persen. Pertumbuhan ekonomi Singapura melambat dari 2 persen menjadi 0,6 persen. Sedangkan ekonomi Korea selatan juga melambat dari 3,3 persen jadi 2,7 persen.
Baca Juga
Realisasi pertumbuhan ekonomi nasional ini tidak berbeda jauh dari prediksi para ekonom. "Ekonomi nasional kuartal III 2016 diperkirakan bertumbuh 5,07 persen (year on year)," kata ekonom dari PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (7/11/2016).
Lebih jauh dia menjelaskan, konsumsi rumah tangga dan PMTB atau investasi masih berperan menjaga pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diproyeksikan mencapai 5 persen (yoy) seiring dengan masih terjaganya daya beli masyarakat.
"Daya beli masyarakat terjaga sejalan dengan tren penurunan inflasi (tingkat harga cenderung stabil‎). Penjualan ritel tumbuh positif serta perbaikan pertumbuhan penjualan otomotif pada September ini," kata Josua.
Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional lainnya, ucap Josua, investasi tumbuh sekitar 5,75 persen (yoy) seiring dengan sentimen positif yang mendorong aliran dana masuk ke pasar keuangan.
"Beberapa indikator lainnya juga menunjukkan perbaikan di investasi fisik, seperti penjualan semen tumbuh 2,5 persen (yoy), serta meningkatnya impor barang modal," tutur dia. (Fik/Gdn)