Liputan6.com, Tokyo - Revolusi transportasi kian berkembang. Terutama untuk moda transportasi kereta api. Mulai dari kereta api berbahan bakar batu bara, listrik, hingga kereta peluru atau kereta cepat.
Jepang adalah salah satu negara yang paling masif mengembangkan kereta peluru. Jepang juga pionir dari lahirnya kereta yang melesat dengan kecepatan tinggi ini.
Advertisement
Baca Juga
Sudah punya kereta yang dikenal dengan nama Shinkansen, kini Negeri Sakura itu juga ingin memecah rekor dengan proyek kereta berkecepatan 374 mil per jam atau 603 km per jam.
Berangkat dari tahun 1964. Di tahun itu, Shinkansen pertama kali dioperasikan. Saat itu kebetulan Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas. Beroperasinya Shinkansen menjadi debut kereta peluru pertama di dunia.
Sejak saat itu, perkembangan kereta peluru cepat melaju, China, Jerman, Prancis, Korea dan negara lain punya kereta ini. Tak terkecuali Indonesia yang juga tengah membangun untuk menyambungkan Jakarta-Bandung.
Nah, sekarang, Jepang pun sedang menyiapkan diri untuk jadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas di 2020 nanti. Bagi sebagian orang ini adalah dejavu, karena Jepang kembali akan memecahkan rekor untuk kereta cepat.
Jika yang dulu diberi nama Shinkansen dengan kecepatan 200 mil per jam, yang sekarang ini naanya Chuo Shinkansen yang bisa melaju hingga 374 mil per jam.
Saat ini, kereta cepat dimiliki China. Kereta yang disebut Maglev itu bisa melaju dengan kecepatan 268 mil per jam. Disusul Shinkansen dan Intercity Express Jerman dengan masing-masing berkecepatan 200 mil per jam dan 190 mil per jam.
Kembali ke Chuo Shinkansen, kereta ini akan menyambungkan Tokyo dan kota utara di Nagoya hanya 40 menit. Nantinya, kereta ini juga diwacanakan bisa menembus Osaka. Chuo punya 16 rangkaian yang menampung 1.000 penumpang sekali jalan.
Sejak 1997
Dilansir dari CNN, Tomoaki Seki, Manager Central Japan Railway Company --yang mengembangkan proyek ini-- mengatakan, sebenarnya teknologi kereta ini sudah ada sejak 1997. Dalam percobaannya di 1997, kecepatannya sudah menembus 550 km per jam. Tapi perusahaan menegaskan bahwa diperlukan beberapa percobaan lagi terkait aspek standar keselamatan, dan penghematan biaya.
"Kita membuat teknologi dan mengkaji cara untuk mengurangi biaya operasi, perawatan dan konstruksi," ujar Seki.
"Banyak yang ingin ini cepat selesai, tapi konstruksi kan butuh waktu," tuturnya.
Masalah rekor kecepatan, Jepang banyak saingan. Setelah mengoperasikan Shinkansen di 1964, Prancis tak mau kalah. Mereka membuat Train a Grande Vitesse (TGV) di 1970, yang memecahkan rekor kecepatan 37 tahun setelahnya atau 2007. Kemudian Jerman dengan Intercity Express yang dibuka di 1985 juga salah satu kereta paling cepat di dunia.
Ini dinilai jadi momen yang pas bagi Jepang untuk kembali membuktikan pada negara-negara itu dengan kembali memecahkan rekor. Chuo diperkirakan akan beroperasi di 2027.
Olimpiade 2020 memberikan peluang emas bagi Negeri Sakura untuk unjuk gigi. Efeknya bukan hanya image, tapi juga ekonomi. Jepang bisa menawarkan teknologi ini pada Amerika Serikat.
"Perdana Menteri Shinzo Abe adalah penggemar berat proyek ini, Dia mengajukan rute Washington ke New York dengan kecepatan yang setara dari Tokyo ke Nagoya," ujar Seki.
Jepang punya reputasi yang baik sebagai operator kereta peluru ini. Dalam 6 dekade terakhir, kereta cepat mencatat zero accidents yang berakibat pada cedera atau luka serius.
Advertisement