Sukses

Sri Mulyani Ungkap Penyebab Rupiah Anjlok ke 13.800 per Dolar AS

Pergerakan rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini sangat dipengaruhi sentimen yang terjadi secara regional maupun global.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan penyebab nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terjun bebas dari level 13.100 per dolar AS menjadi di kisaran 13.800 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi tadi. Faktor utama rupiah anjlok adalah perubahan atau perkembangan situasi di Negeri Paman Sam setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS.

Ditemui usai Rakor Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), Sri Mulyani mengatakan pemerintah terus memantau perkembangan pasar di AS dan seluruh dunia. Pemerintah pun akan mengamati arah kebijakan Donald Trump, terutama di bidang ekonomi dan investasi.

"Kami akan melihat perkembangan yang ada. Pertama dalam situasi sekarang ini, kita mengidentifikasi faktor-faktor di luar fundamental yang mempengaruhi psikologi," ucap dia di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (11/11/2016).

Sri Mulyani lebih lanjut menuturkan, pergerakan rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini sangat dipengaruhi sentimen yang terjadi secara regional maupun global. Penyebabnya, kata dia, karena perubahan atau perkembangan situasi politik di AS.

"Kalau ada rumor mengenai perubahan kebijakan atau ada spekulasi, kita akan lihat itu. Apakah ini merupakan sesuatu yang dibuat atau karena semua secara bersama merasa khawatir terhadap perkembangan yang terjadi. Kalau dibuat, kita lihat motif pembuatan rumor dan akan kita tangani," jelasnya.

Menurut Sri Mulyani, setiap kebijakan yang diambil oleh AS sebagai negara dengan perekonomian terbesar akan berpengaruh terhadap negara lain. Namun pemerintah tidak akan tinggal diam, dan akan terus meyakinkan investor mengenai pondasi ekonomi Indonesia.

Pergerakan rupiah, lanjutnya, tergantung pada permintaan dan penawaran. Ada kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang.

"Jika melihat seluruh eksposur utang kita, tidak ada alasan untuk khawatir. Maka tidak perlu khawatir karena permintaan bisa dipenuhi dengan supply yang ada sehingga tidak ada yang disebut overshoot. Jika sifatnya spekulasi, kita akan lihat siapa yang memainkan spekulasi," papar Sri Mulyani

Mengutip Bloomberg, Jumat (11/11/2016), rupiah dibuka diangka 13.394 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.138 per dolar AS.

Rupiah anjlok dan menyentuh level 13.873 per dolar AS pada perdagangan pukul 09.15 per dolar AS. Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.273 per dolar AS hingga 13.873 WIB. Level tersebut terendah sejak 2011. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih tetap menguat 1,06 persen. (Fik/Gdn)