Liputan6.com, New York - Harga emas dunia anjlok 3 persen ke posisi terendah dalam lima bulan terpicu aksi jual serta imbal hasil hasil obligasi yang fluktuatif, di tengah spekulasi jika belanja infrastruktur Amerika Serikat (AS) bisa memicu inflasi.
Melansir laman Reuters, Sabtu (12/11/2016), harga spot emas turun 3 persen ke posisi US$ 1.222,38 per ounce setelah menyentuh sesi rendah di US$ 1.219,40, terendah sejak 3 Juni. Sementara harga emas berjangka AS juga susut 3,3 persen menjadi US$ 1,224.30 per ounce.
Aksi jual menempatkan harga emas pada kinerja mingguan terendah sejak Juni 2013, meski logam mulia ini sempat melaju hampir 5 persen pada Rabu ketika hasil menunjukkan Donald Trump terpilih menjadi presiden Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Baca Juga
Di sisi lain, harga perak meluncur 6,5 persen menjadi US$ 17,34 per ounce, setelah masuk ke posisi terendah sejak 7 Oktober di US$ 17,15. Platinum turun 3,4 persen ke US$ 939,24, setelah menyentuh US$ 929,75, terendah sejak 24 Oktober. "Aksi jual komoditas meluas," ujar pedagang di Eropa.
Sementara Dolar berada di jalur untuk minggu terbaik dalam setahun. Pasar juga bertaruh pada rencana kenaikan suku bunga Federal Reserve akan berlangsung lebih cepat.
Wakil Gubernur The Fed Stanley Fischer mengatakan prospek pertumbuhan ekonomi muncul AS cukup kuat bagi Fed untuk melanjutkan peningkatan bertahap suku bunga. Harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan tarif.  Â
Â