Sukses

Menteri PPN: Ekonomi RI Hampir Tak Berubah Sejak Zaman Penjajah

Pada era penjajahan, Indonesia kedatangan bangsa Erop‎a. Mereka datang untuk mengambil sumber daya alam berupa rempah-rempah.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menilai kondisi perekonomian Indonesia masih seperti zaman penjajahan meski sudah merdeka 71 tahun.

Ini terkait ekspor Indonesia yang masih hanya mengandalkan komoditas mentah tanpa diolah untuk meningkatkan nilai tambah. "Kalau kita lihat sejarah ekonomi kita, hampir tidak berbeda waktu dijajah Belanda," kata Bambang di auditorium Perbanas, Jakarta, Sabtu (12/11/2016).

Dia mengungkapkan, pada era penjajahan, Indonesia kedatangan bangsa Erop‎a. Mereka datang untuk mengambil sumber daya alam berupa rempah-rempah dan dibawa ke negaranya.

"Portugis, Spanyol masuk Indonesia untuk mengambil pala, lada dan merica. Waktu itu di Eropa orang kehidupannya makin bagus, makin kaya ingin makan enak. Merek bosan makan enggak pakai bumbu, sayangnya bumbu enggak ada di Eropa maka datanglah ke Indonesia," tutur Bambang.

Kemudian, kata dia, setelah era rempah-rempah, di bawah penjajahan Belanda masuk era gula, dengan motif yang sama. Bahkan negara kincir angin tersebut menerapkan tanam paksa mengganti tanaman pangan dengan gula.‎ Selain itu, Belanda juga mengeruk hasil bumi Indonesia berupa minyak.

"Setelah era pala lada merica masuk era gula. Sekarang kita sibuk ribut gula, padahal dulu Indonesia produsen terbesar gula kedua setelah Kuba, makanya di berbagai daerah ada pabrik gula," ujar Bambang.

Setelah Indonesia merdeka, ekspor komoditas mentah tetap berjalan bahkan beragam bentuknya seperti kayu. Menurut Bambang, Indonesia sempat melakukan perubahan ekspor berupa barang setengah jadi, seperti garmen. Namun, tidak berlangsung lama karena diterpa krisis ekonomi.

Setelah badai krisis ekonomi usai, orientasi ekspor Indonesia kembali ke masa lalu, berbagai komoditas mentah diekspor mentah secara besar-besaran, seperti batubara, kelapa sawit, dan mineral‎. Sehingga saat harga komoditas jatuh beberapa waktu lalu berpengaruh pada perekonomian.

‎"Kita lihat ekonomi Indonesia meski katanya maju, masih seperti zaman Belanda, ekonomi kita terganggu ketika harga komoditas ambrol," ungkap dia.

Namun, dia memastikan, pemerintah saat ini sedang berupaya merubah kebiasaan yang sebelumnya hanya mengekspor komoditas mentah, menjadi komoditas olahan untuk meningkatkan nilai ta‎mbah.

‎"Ekonomi lebih kuat dan sustain, tidak dari ekstraktif dengan menggali saja sumber daya alam saja. Artinya, ke depan kita tetap harus memanfaatkan sumber daya alam, tapi tidak ekspor sebagai bahan mentah tapi ciptakan nilai tambah dengan kreasi dan inovasi. Jangan terus -terusan kita terjebak negara ekstraktif tidak punya nilai tambah," tutup Bambang.(Pew/Nrm)