Liputan6.com, Jakarta BUMN PT INKA akan kembali mengekspor kereta ke Bangladesh. Sebelumnya perusahaan plat merah yang berlokasi di Madiun tersebut tersebut telah memasok 150 gerbong kereta penumpang ke negara kawasan Asia Selatan tersebut.
Senior Manager Litbang dan ‎Rekayasa Inka Adib Ardhian mengatakan, pada pemesanan kali ini, Inka akan memasok 250 gerbong. Inka telah menyelesaikan proses kontraknya dengan Bangladesh Railway.
"Kita sudah kontrak, tinggal tunggu proses administrasi perbankan. Kalau dulu 150 (gerbong) sekarang 250 untuk Bangladesh Railway," ujar dia dalam Focus Group Discussion (FGD) Sinergi Membangun IKM Logam Ceper di Klaten, Jawa Tengah, Selasa (15/11/2016).
Advertisement
Baca Juga
Dia menjelaskan, ada perbedaan kereta yang diproduksi untuk Indonesia dan Bangladesh. Soal kecepatan, kereta yang diminta oleh Bangladesh mencapai 150 km per jam. Sedangkan yang biasa diproduksi untuk Indonesia sekitar 100 km.
‎"Bangladesh, kereta penumpang sama seperti ‎di Indonesia tapi beda bentuk dan ukuran karena di sana punya demensi loading sendiri.‎ Kecepatannya mereka 150 km, di Indonesia maksimal 100 km‎," kata dia.
Selain itu, ‎jika di Indonesia lebih mementingkan soal tampilan dan interior dalam kereta, Bangladesh tidak demikian. Menurut Adib, Bangladesh meminta agar kereta yang dibuat Inka lebih kuat. Hal ini terkait kebiasaan masyarakat di negara tersebut yang naik di atap kereta.
"Dari sisi interior KAI (Indonesia) tonjolkan estetika, kalau Bangladesh butuh kekuatan. Tidak masalah penampilannya tidak menarik tetapi kekuatan mereka ingin yang tangguh. Karena kalau dilihat di video, itu ada penumpang di atas kereta, itu memang benar karena memang budayanya seperti itu. Kita desain beda dengan di sini, mereka utamakan kekuatan," jelas dia.
Dalam proyek pengadaan kereta ini, Inka harus berkompetisi dengan produsen kereta Tiongkok. Namun, Inka lebih unggul karena menawarkan harga yang lebih murah. Tetapi Adib masih menutup rapat berapa harga yang ditawarkan ke Bangladesh.
‎"Tender internasional kita dengan Tiongkok, di Bangladesh itu dengan Tiongkok.‎ Harga kita lebih rendah, ya beda tipis tidak lebih dari 10 persen," tandas dia.