Liputan6.com, Klaten Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong adanya perjanjian kerjasama (MoU) antara PT Krakatau Steel ‎(KS) dan industri kecil menengah (IKM) dalam rangka meningkatkan produksi cangkul di dalam negeri. KS diharapkan serius dalam memasok bahan baku bagi IKM yang memproduksi cangkul.
Direktur Jenderal ‎IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan,‎ selama ini kebutuhan cangkul di dalam negeri terus mengalami penurunan dari 10 juta unit menjadi hanya 3 juta unit per tahun. Sedangkan IKM dalam negeri memiliki kemampuan produksi hingga 7,2 juta unit per tahun.
"Kebutuhan di 2003 ‎itu memang 10 juta, tapi semakin ke sini makin sedikit," ujar dia di dalam Focus Group Discussion (FGD) Sinergi Membangun IKM Logam Ceper di Klaten, Jawa Tengah, Selasa (15/11/2016).
Advertisement
Baca Juga
Gati mengatakan,  IKM lokal sebenarnya telah mampu memenuhi kebutuhan cangkul di dalam negeri. Namun produksi cangkul IKM ini kerap terkendala oleh pasokan bahan baku., sehingga harus impor.
"Mereka bisa produksi, tapi tidak banyak. Kendalanya karena bahan bakunya nggak ada. Sekarang disuplai oleh KS‎. Kita bantu bikin sistemnya, KS mau suplai tapi kita bikinkan MoU antara KS‎, distributor dan IKM. KS akan support bahan baku untuk produksi cangkul dalam negeri," kata dia.
‎Sementara terkait dengan harga cangkul lokal yang dinilai lebih mahal dibandingkan produk impor, Gati mengungkapkan, pihaknya akan meminta KS untuk membuat analisa kandungan dalam kedua produk cangkul tersebut. Menurut dia, nanti akan dilihat cangkul produksi mana yang dinilai harganya lebih murah namun kualitasnya mendekati Standard Nasional Indonesia (SNI).
"Kita minta KS bikin analisa mengurai kandungan cangkul yang kita impor itu apa saja, yang dalam negeri apa saja. Yang mendekati SNI yang mana nih. Di situ baru harga ditetapkan. Kalau kandungannya jelek, ya jelas saja murah. Tapi kan ujungnya nanti tidak laku. Kita bikin uji publik nanti, jadi orang berpikir pakai cangkul dalam negeri tapi lifetime-nya lebih panjang," tandas dia.