Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) usai menggelar Rapat Dewan Gubernur dengan cakupan kuartal III 2016. Berbeda dari RDG sebelumnya, kali ini para gubernur banyak berdebat mengenai isu global, terutama pasca Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS).
Gubernur BI Agus DW Martowardoyo mengungkapkan, banyaknya pembahasan mengenai isu global tersebut terkait kondisi ekonomi domestik.
Secara keseluruhan kondisi domestik dinilai hingga kini masih cukup kuat. Hal itu terbukti dengan tingkat inflasi nasional yang rendah dan defisit neraca transaksi pembayaran yang terjaga.
"‎Memang bulan Oktober itu secara umum melihat kondisi nilai tukar kita stabil dan cenderung menguat baik dari month to month atau year to date. Namun setelah ada hasil Pemilu AS menimbulkan banyak ketidakpastian," kata Agus di Gedung Bank Indonesia, Kamis (17/11/2016).
Meski, dia mengaku, sempat terjadi ketidakpastian yang tercermin dalam pergerakan rupiah pasca Donald Trump memenangi Pilpres AS. Rupiah di pasar NDF sempat bergerak hingga 13.800 per dolar AS.
Pelemahan itu diakibatkan banyaknya perilaku investor yang melepas dananya dari negara-negara berkembang dan juga banyak yang melakukan hedging.
Sampai saat ini BI masih terus mewaspadai beberapa pernyataan yang akan terus dikeluarkan calon kabinet pimpinan Presiden Trump.
‎"Ke depan tentu masih melihat akan ada periode yang akan terus kita waspadai, kita sama-sama ketahui, pemilu AS membuat presiden terpilihnya menindaklanjuti langkah yang dijanjikan saat kampanye. Mungkin akan ada kebijakan di AS yang akan memperkenankan fiskal defisit yang besar, mereka akan pemotongan pajak dan tambahan pengeluaran," papar Agus. (Yas/Nrm)