Sukses

OJK Yakin Tak Akan Ada Tarik Uang Besar-besaran di 25 November

Saat ini industri keuangan Indonesia dalam kondisi yang baik.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menyatakan isu penarikan uang secara besar-besaran (rush money) pada 25 November 2016 tidak akan terjadi. Hal ini juga dinilai tidak akan mengganggu industri keuangan nasional.

Muliaman menyatakan, saat ini industri keuangan Indonesia dalam kondisi yang baik. Jika pun ini terjadi, diyakini tidak akan memberikan dampak pada industri keuangan nasional.

"Industri keuangan kita sehat walafiat, kalau ditarik buka semata karena persoalan yang terjadi di industri keuangan," ujar dia dalam acara Ekonomi Indonesia Menyongsong 2017 di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (17/11/2016).

Muliaman jika terjadi penarikan uang besar-besaran maka akan ditaruh simpan di mana uang tersebut. Dia berharap isu ini tidak terealisasi.

"Kalau ditarik mau dibawa di bawah bantal?‎ Mudah-mudahan ini hanya desas desus ya. Saya optimis tidak akan terjadi karena tidak ada alasan untuk itu," tandasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menganggap isu tersebut merupakan pengalihan dari permasalahan politik ke ekonomi. Pemerintah meminta masyarakat tidak menyebarkan isu yang dapat mengganggu stabilitas dalam negeri.

"Janganlah mengada-ada. Itu namanya sudah mengalihkan langkah-langkah yang sifatnya ekonomi, padahal itu persoalan politik. Itu namanya sudah tidak negarawan," tegas Darmin di kantornya, Jakarta, Kamis (17/11/2016).

Dia mengaku tidak mengetahui dampaknya terhadap ekonomi Indonesia apabila aksi tersebut benar dilakukan. Sebab tergantung juga seberapa masif penarikan dana tersebut.

"Saya tidak tahu dampaknya, tapi jangan lupa itu tergantung seberapa masif. Tapi saya melihat hal-hal itu tidak bagus dilakukan karena tidak ada yang untung sama sekali," jelas Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu.

Dikatakan Darmin, isu rush money tidak memberikan sentimen negatif bagi ekonomi Indonesia. Sentimen justru datang dari pelaku pasar yang masih menunggu kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump. (Dny/Gdn)