Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menilai pelemahan nilai tukar rupiah terpengaruh kondisi dan situasi dunia saat ini.
Berdasarkan kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, kurs mata uang Garuda terus tertekan ke level Rp 13.438 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin ini (21/11/2016).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, pemerintah tidak sengaja membiarkan pelemahan kurs rupiah hingga ke level saat ini.
"Tidak juga (dibiarkan). Memang situasi globalnya seperti itu," ujar dia di kantornya, Jakarta, Senin sore.
Dia menganggap level kurs rupiah sekarang ini masih cukup baik. "Kalau dibilang bagus (rupiah), tidak bagus banget, tapi tidak jelek juga," tegas Darmin.
Advertisement
Baca Juga
Untuk diketahui, kurs rupiah sempat jatuh dalam ke level Rp 13.873 per dolar AS pada perdagangan Jumat, dua pekan lalu pasca kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pernah mengatakan, pemerintah terus memantau perkembangan pasar di AS dan seluruh dunia.
Pemerintah pun akan mengamati arah kebijakan Donald Trump, terutama di bidang ekonomi dan investasi.
"Kami akan melihat perkembangan yang ada. Pertama dalam situasi sekarang ini, kita mengidentifikasi faktor-faktor di luar fundamental yang mempengaruhi psikologi," ucap dia.
Sri Mulyani lebih lanjut menuturkan, pergerakan rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini sangat dipengaruhi sentimen yang terjadi secara regional maupun global. Penyebabnya, karena perubahan atau perkembangan situasi politik di AS.
"Kalau ada rumor mengenai perubahan kebijakan atau ada spekulasi, kita akan lihat itu. Apakah ini merupakan sesuatu yang dibuat atau karena semua secara bersama merasa khawatir terhadap perkembangan yang terjadi. Kalau dibuat, kita lihat motif pembuatan rumor dan akan kita tangani," jelasnya.
Menurut Sri Mulyani, setiap kebijakan yang diambil AS sebagai negara dengan perekonomian terbesar akan berpengaruh terhadap negara lain. Namun pemerintah tidak akan tinggal diam, dan akan terus meyakinkan investor mengenai pondasi ekonomi Indonesia.
Pergerakan rupiah, lanjutnya, tergantung pada permintaan dan penawaran. Ada kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang.
"Jika melihat seluruh eksposur utang kita, tidak ada alasan untuk khawatir. Maka tidak perlu khawatir karena permintaan bisa dipenuhi dengan supply yang ada sehingga tidak ada yang disebut overshoot. Jika sifatnya spekulasi, kita akan lihat siapa yang memainkan spekulasi," ujar Sri Mulyani.