Sukses

BI: Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Itu Tak Cukup

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan negara-negara berkembang lainnya.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia sebagai negara berkembang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dibanding negara-negara berkembang lainnya. Pada kuartal III 2016, pertumbuhan ekonomi RI mencapai 5,02 persen.

Meski memiliki pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari rata-rata, Bank Indonesia memandang pertumbuhan ekonomi di level sekarang dianggap tidak cukup.

"Tapi memang tumbuh 5 persen untuk negara sebesar ini, untuk menyerap angkatan kerja masuk ke lapangan kerja, tidak cukup. Memang perlu tumbuh 7 persen," papar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu (23/11/2016).

Menurut Mirza, dengan jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa dan memiliki bonus demografi menjadi satu kekuatan yang harus dimanfaatkan demi membawa Indonesia jauh lebih maju di beberapa tahun yang akan datang.

Untuk itu, kunci dalam menuju pertumbuhan ekonomi yang dia atas 7 persen tersebut, dikatakan Mirza, Indonesia harus melakukan structure reform. Strukture reform ini dilakukan untuk menciptakan iklim usaha yang lebih bersahabat.

Mirza menambahkan, Indonesia sangat tergantung pada investasi demi menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak. Investasi itu juga harus difokuskan dalam industri manufaktur, bukan lagi industri tambang.

"Kita lihat, tahun 80-an Indonesia itu tumbuh 7 persenan terus, itu dari manufaktur, menyerap tenaga kerja banyak. Tapi setelah krisis moneter‎ 1998-1999 itu beralih menjadi pengekspor bahan mentah. Untuk itu kita harus berubah," papar Mirza.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III 2016 mencapai 5,02 persen (year on year). Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang tercatat 5,18 persen (year on year).

"Sementara secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi nasional hingga kuartal III tercatat 5,04 persen," jelas Kepala BPS Suhariyanto, Senin (7/11/2016). "Sudah lumayan bagus, tapi masih harus ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas," tambah Suhariyanto.

Ada beberapa alasan mengapa pertumbuhan ekonomi nasional sedikit terkontraksi. Alasan utama adalah kondisi ekonomi dunia pada kuartal III masih belum stabil dengan tingkat pertumbuhan yang tidak merata. "Ekonomi beberapa negara mitra dagang yang sebagian besar tumbuh melambat di kuartal III," kata dia.

Ia mencontohkan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok stagnan 6,7 persen. Pertumbuhan ekonomi Singapura melambat dari 2 persen menjadi 0,6 persen. Adapun ekonomi Korea selatan juga melambat dari 3,3 persen jadi 2,7 persen. (Yas/Gdn)

Â