Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat beberapa penyebab rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Pada September 2016, NPL nett Bank Mandiri tercatat 1,27 persen.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan, pendorong NPL Bank Mandiri ialah di segmen menengah. Dia mengatakan, segmen lain seperti korporasi, konsumsi, dan mikro masih terjaga dengan baik.
"Bank Mandiri memiliki NPL peningkatan di salah satu sektor sebetulnya. Korporasi stabil normal tidur nyenyak, konsumsi, kredit mobil dan rumah demikian pula. Mikro juga demikian sama, stabil saja. Yang terjadi adalah di small medium, di kredit menengah," kata dia di Kantor Pusat Bank Mandiri Jakarta, Rabu (23/11/2016).
Dia menerangkan, kredit segmen menengah menjadi pendorong NPL lantaran segmen tersebut berkaitan erat dengan inti bisnis.
Baca Juga
"Kebanyakan sektor menengah adalah supporting, perdagangan. Contoh, kenyataannya komoditas harganya lagi jelek, kemudian batu bara, batu bara kalau lagi jaya-jayanya yang menopang. Ada yang nyewa eskavator vendor, ada jualan truk, perusahaan jual atau sewa, ada kapal tongkang, mereka yang bermasalah saat ini," jelas dia.
Selain itu, dia mengatakan kredit bermasalah juga disebabkan oleh aksi debitor nakal. Saat ini, Bank Mandiri berniat membawa beberapa perusahaan yakni PT Rockit Aldeway dan PT Cetral Steel ke ranah hukum terkait dugaan penyalahgunaan kredit.
"Memang niatnya sejak awal tidak baik, bahkan kami cenderung melihat ada sindikat sektor ini untuk mencari uang dengan memalsukan data ini, itu banyak yang palsu. Bank juga lengah melihat data. Itulah yang kita adukan kepolisian bukan kredit macetnya," ujar dia. (Amd/Ahm)
Advertisement
Â