Liputan6.com, Surabaya - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan pasca kemenangan Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat (AS), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sampai hari ini telah mengalami pelemahan sebesar 2,6 persen. Namun pelemahan tersebut tak akan berlangsung lama.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia‎ Mirza Adityaswara mengaku, pelemahan rupiah ini sejalan dengan pelemahan mata uang negara berkembang lainnya. Mirza memperkirakan apa yang terjadi dengan mata uang negara-negara di dunia tersebut, khususnya rupiah, akan mulai stabil bahkan cenderung menguat pada Januari 2017.
Advertisement
Baca Juga
"Sampai kapan pelemahan? Ini kita perkirakan hanya sementara, sambil menunggu kabinet ekonomi Trump yang baru diumumkan nanti Januari dan kita tunggu pidato-pidatonya," papar Mirza di Hotel Shangri-La, Surabaya, Kamis (24/11/2016).
Selain pidato-pidato Trump pasca pemilihan pejabat kabinetnya, pelaku pasar juga menunggu kepastian kebijakan perekonomian AS di bawah pemerintahannya nanti.
Namun begitu, Mirza mengaku hasil rapat FOMC yang akan dilaksanakan pada 14 Desember 2016 juga akan memberikan pengaruh terhadap pergerakan rupiah dalam waktu dekat ini. "Jadi sekarang itu pasar masih tertekan, karena mereka masih memakai analisa dasar dari hasil kampanye Trump saat itu, jadi Januari akan kembali ke normal," tegas Mirza.
Untuk diketahui, berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah pada hari ini dipatok di angka 13.540 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.473 per dolar AS. (Yas/Gdn)