Sukses

Pimpinan WTO Tunggu Kebijakan Perdagangan Donald Trump

Dirjen WTO Roberto Azevedo menuturkan, kalau pihaknya tetap merupakan mitra penting bagi Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jenewa - Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Roberto Azevedo mengatakan, pihaknya belum menerima informasi mengenai pemerintah AS mendatang akan menarik diri dari badan perdagangan tersebut. Azevedo mengatakan, dirinya yakin WTO akan terus menjadi mitra penting bagi Amerika Serikat.

Ia menuturkan, pihaknya belum berbicara dengan Presiden AS terpilih Donald Trump. Akan tetapi  ia dan organisasinya siap melakukan pembicaraan guna memperdalam hubungan dengan Amerika Serikat (AS) dan anggota WTO lainnya.

Selama kampanye presiden, Trumpmenyebut WTO sebuah "bencana" dan mengatakan AS bisa keluar dari lembaga yang berbasis di Jenewa itu. Namun, ia mengatakan kalau ia tidak punya indikasi dari siapa pun kalau itu bisa terjadi.

"Saya tidak memiliki transkrip apa yang dikatakannya secara persis, tapi pada saat ini saya pikir apa yang perlu kita lakukan adalah siap untuk melakukan pembicaraan, dan saya yakin WTO dapat terus menjadi mitra penting bagi AS serta anggota utama lainnya," ujar dia seperti dikutip dari laman Antara, Jumat (25/11/2016).

"Perdagangan bebas mungkin komponen untuk beberapa masalah, tetapi juga dapat menjadi komponen yang lebih besar untuk solusi," ujar dia.

Ia menekankan, kalau organisasinya tetap merupakan mitra yang sangat penting bagi AS dan perlu menunggu hingga Trump mendefinisikan kebijakan perdagangan AS.

"Kita harus melihat rincian. Saya pikir itu adalah benar-benar awal untuk memutuskan apa implikasinya. Kita harus secara bertanggung jawab menunggu dan melihat apa yang akan menjadi kenyataan," ujar Azevedo.

Sejak perdagangan bebas sering menjadi sasaran protes anti-globalisasi karena kehilangan lapangan pekerjaan, Azevedo menekankan, meskipun perdagangan dapat mengganggu, tidak tepat menyalahkan perdagangan bebas penyebab pengangguran meluas, karena 8 dari 10 hilangnya pekerjaan di negara-negara maju akibat negara itu mendorong inovasi, otomatisasi dan produktivitas.

"Jelas, ada beberapa kekhawatiran atas globalisasi di beberapa masyarakat. Kita harus sangat berhati-hati dengan itu karena jika Anda tidak memiliki diagnosis yang tepat, Anda tidak akan memiliki obat yang tepat. Jika obat ini hanya proteksionisme, hasilnya akan membahayakan pasien," ujar dia.

Â