Sukses

Kementan: Terjadi Peningkatan Produksi Pangan di 2015-2016

Terjadi kenaikan luas tanam padi di 2015 mencapai 343 ribu ha dan pada 2016 naik lagi sekitar 990 ribu ha.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan telah terjadi peningkatan produksi pangan hasil pertanian selama periode 2015-2016. Peningkatan ini tidak lepas dari upaya pemerintah melakukan terobosan dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring mengatakan, terobosan yang telah dilakukan oleh Kementan antara lain merevisi regulasi pengadaan benih dan pupuk dari lelang menjadi penunjukan langsung, bantuan benih di luar lokasi yang telah ada, dan refocusing anggaran senilai Rp 12,3 triliun.

Selain itu, Kementan juga merehabilitasi irigasi tersier 3,05 juta tektare (ha), penyediaan alat mesin pertanian (alsintan) 215 ribu atau naik 2.000 persen, menyerap gabah petani, mengatur tata niaga pangan, serta mengendalikan impor dan mendorong ekspor.

"Tercatat, terjadi kenaikan luas tanam padi 2015 mencapai 343 ribu ha dan 2016 naik lagi sekitar 990 ribu ha. Bulog menyerap gabah dua kali lipat dibandingkan sebelumnya. Harga relatif stabil dan nilai tukar petani membaik," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (30/11/2016).

Penerapan berbagai terobosan kebijakan tersebut menyebabkan kinerja produksi pangan 2015-2016 terus meningkat. Produksi padi 2015 naik 6,64 persen dan 2016 naik lagi 4,96 persen. “Produksi padi dua tahun terakhir naik 8,4 juta ton, setara Rp 38,5 triliun. Produksi jagung pun naik 4,2 juta ton senilai Rp 15,9 triliun," kata dia.

Sebagian besar anggaran pemerintah itu digunakan untuk infrastuktur yang dampaknya dirasakan pada beberapa tahun ke depan. Namun, sebagian berupa bantuan benih, pupuk, dan alsintan yang berdampak langsung kepada produksi dan produktivitas pangan yang dihasilkan petani.

APBN Kementerian Pertanian pada 2016 menurun Rp 10,6 triliun dibanding 2015. Sebelumnya, anggaran pada 2015 meningkat Rp 17,2 triliun dibanding 2014.

“Berkat tambahan anggaran sejak 2014 hingga 2016 sebesar Rp 23,8 triliun dimanfaatkan secara optimal fokus pada komoditas dan tepat sasaran, maka telah menghasilkan tambahan produksi pada 24 komoditas senilai Rp 165,6 triliun yang dinikmati bagi petani,” kata dia.

Hasil menambahkan pagu anggaran subsidi pupuk adalah relatif konstan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Subsidi pupuk diarahkan untuk meningkatkan produktivitas pangan dan telah berkontribusi nyata terhadap produksi pada setiap tahunnya.

Terobosan lain, ujar dia, pada 2016 ini Kementan mampu menyelesaikan masalah klasik paceklik tahunan dengan cara menanam padi pada saat shortage dengan hasil tanam padi Juli-Oktober 2016 naik dua kali lipat dibandingkan 2015.

“Selain itu, menyelesaikan masalah shortage jagung dengan menanam jagung di lahan kebun dan hutan seluas 1 juta ha dengan membangun kemitraan antara GPMT dengan petani jagung, sehingga pada 2016 impor jagung turun 63 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” ungkapnya.

Demikian juga terkait produksi cabai dan bawang merah juga saat ini digenjot penanaman pada saat off-season atau di luar musim panen, sehingga untuk komoditas cabai dan bawang tidak terjadi shortage. "Impor bawang merah turun 93 persen dan tidak ada lagi impor cabai segar,” tutur dia. (Dny/Gdn)