Liputan6.com, New York - Harga minyak turun ke level terendah dalam dua pekan terakhir pada penutupan perdagangan Selasa (rabu pagi waktu Jakarta) karena pelaku pasar ragu akan terjadi kata sepakat dalam pengurangan produksi. Pada Rabu ini negara-negara yang tergabung dalam organisasi pengekspor minyak (OPEC) mengadakan pertemuan di Wina.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (30/11/2016), harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Januari turun US$ 1,85 atau 3,9 persen menjadi US$ 45,23 per barel di New York Mercantile Exchange. Angka ini merupakan angka penutupan terendah sejak 14 November kemarin.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan untuk harga minyak jenis Brent yang merupakan patokan harga dunia juga tak berbeda jauh. Harga minyak brent turun US$ 1,86 atau 3,9 porsen ke level US$ 46,38 per barel.
Perhatian pelaku pasar saat ini tertuju pada pertemuan OPEC. Pelaku pasar menunggu apakah Iran dan Irak akan berkerja sama dengan anggota OPEC untuk mengontrol produksi minyak mereka.
Sementara, para pejabat yang terkait cukup optimistis dalam pernyataannya. Sebagian besar percaya dan yakin bahwa kedua negara tersebut akan mengikuti kesepakatan yang akan dibuat dengan bersedia untuk menstabilkan produksi.
"Beberapa delegasi telah berkumpul lebih dulu di Wina sebelum pertemuan resmi yang akan berlangsung Rabu. Maka pelaku pasar langsung meraba tanda-tanda yang ada." jelas Analis Komoditas Schneider Electric, Robbie Fraser.
Commerzbank Jerman dalam catatannya kepada nasabah menuliskan bahwa dalam pertemuan atau kesepakatan ini, rintangan utama untuk mencapai hasil adalah pertentangan antara Arab Saudi dengan Iran.
Arab Saudi ingin semua negara ikut dalam kesepakatan dengan menahan produksi atau mengurangi produksi sehingga bisa mendorong kenaikan harga minyak. Namun, Iran ingin mendapat pengecualian. (Gdn/Ndw)