Sukses

Harga Emas Tertekan Meskipun Dolar AS Melemah

Pada awal sesi perdagangan, harga emas sempat tertekan hingga US$ 1.182,60 per troy ounce.

Liputan6.com, New York - Harga emas tertekan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Penurunan harga emas ini karena kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan suku bunga acuan semakin besar.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (30/11/2016), harga emas untuk pengiriman Februari ditutup turun 0,3 persen ke angka US$ 1.190,80 per troy ounce di divisi Comex New York Mercantile Exchange. Pada awal sesi perdagangan, harga emas sempat tertekan hingga US$ 1.182,60 per troy ounce.

Penurunan harga emas ini terjadi di saat nilai tukar dolar AS melemah. Wall Street Journal index, yang merupakan indeks nilai tukar dolar AS dengan beberapa mata uang utama dunia lainnya, turun 0,1 persen menjadi 91,39.

Biasanya, jika dolar AS melemah maka harga emas akan terdorong naik. Alasannya, para pelaku pasar yang bertransaksi menggunakan mata uang di luar dolar AS akan lebih untung.

Namun pada perdagangan kali ini, harga emas tetap tertekan meskipun dolar AS melemah. Hal tersebut karena adanya sentimen lain yang lebih kuat.

Perbaikan ekonomi AS membuat ekpektasi kenaikan suku bunga terus menguat. Kemungkinan besar, Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga acuan di akhir tahun ini.

"Kinerja emas akan sangat tergantung bagaimana kebijakan The Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan bulan depan," jelas Kepala Riset Komoditas TD Securities, Bart Melek.

Ia melanjutkan, jika melihat tanda-tanda yang ada, prospek kenaikan harga emas sangat sulit untuk dilihat karena tekanan kenaikan suku bunga semakin besar.

Harga emas terus tertekan sepanjang bulan ini. Penurunan harga logam mulia hampir mencapai 7 persen jika dihitung sejak awal November. Hal tersebut terjadi karena kenaikan dolar AS, memudarnya ketidakpastian politik di AS dan juga pelemahan permintaan investor akan instrumen safe haven. (Gdn/Ndw)