Sukses

Top 3: Cerita Boediono Selamatkan Anggaran Negara Saat Krisis

Berikut tiga artikel terpopuler seperti dirangkum pada Kamis pagi 1 Desember 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Wakil Presiden (Wapres) dan juga mantan Menteri Keuangan, Boediono‎ menceritakan betapa menantangnya pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terkena imbas krisis moneter 1997-1998. Dia harus mengembalikan APBN lebih sehat, meyakinkan pelaku investor atas utang-utang yang menggunung sampai melakukan reformasi pajak.

Dalam Seminar Nasional Tantangan Pengelolaan APBN Dari Masa ke Masa, Boediono mengungkapkan pengalamannya mengelola anggaran negara di masa-masa kritis. Dia mengaku, pertengahan 1960, APBN Indonesia mengalami lepas kendali. Jejadian tersebut tak boleh terulang di tahun-tahun berikutnya.

"Makanya untuk mencegah krisis, ada rambu-rambunya. Di era Soeharto, konsepnya anggaran berimbang supaya menghindari APBN lepas kendali karena godaan APBN besar sekali, kancah tarik menarik kekuatan politik yang besar sekali. Jadi Menkeu harus tahan banting," jelasnya di kantor Kemenkeu, Jakarta, Rabu 30 November 2016.

Artikel cerita boediono selamatkan anggaran negara saat krisis telah menyedot perhatian pembaca di kanal bisnis Liputan6.com.

Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di kanal bisnis? Berikut tiga artikel terpopuler di kanal bisnis seperti dirangkum pada Kamis (1/12/2016):

1. Cerita Boediono Selamatkan Anggaran Negara Saat Krisis

Mantan Wakil Presiden (Wapres) dan juga mantan Menteri Keuangan, Boediono‎ menceritakan betapa menantangnya pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terkena imbas krisis moneter 1997-1998. Dia harus mengembalikan APBN lebih sehat, meyakinkan pelaku investor atas utang-utang yang menggunung sampai melakukan reformasi pajak.

Dalam Seminar Nasional Tantangan Pengelolaan APBN Dari Masa ke Masa, Boediono mengungkapkan pengalamannya mengelola anggaran negara di masa-masa kritis. Dia mengaku, pertengahan 1960, APBN Indonesia mengalami lepas kendali. Jejadian tersebut tak boleh terulang di tahun-tahun berikutnya.

"Makanya untuk mencegah krisis, ada rambu-rambunya. Di era Soeharto, konsepnya anggaran berimbang supaya menghindari APBN lepas kendali karena godaan APBN besar sekali, kancah tarik menarik kekuatan politik yang besar sekali. Jadi Menkeu harus tahan banting," jelasnya di kantor Kemenkeu, Jakarta, Rabu 30 November 2016. Berita selengkapnya baca di sini

2. Konglomerat Tiongkok Sebut RI Beruntung Punya Presiden Jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat sorotan internasional. Kinerja serta sikapnya terhadap pemangku kepentingan termasuk investor dianggap ramah.

Seperti diungkapkan Vice Chairman and CEO Fosun Group Liang Xinjun, pengusaha asal Tiongkok, yang menyatakan kekaguman atas sikap Jokowi.

Dia mengatakan, Indonesia beruntung memiliki presiden seperti Jokowi. "Saya terkagum, Indonesia beruntung karena punya presiden luar biasa mudah berhubungan dengannya. Sebagai investor saya mengatakan yakin untuk investasi di sini," kata dia dalam acara Forbes Global CEO Conference di Hotel Shangri-la Jakarta. Berita selengkapnya baca di sini
3.9 Negara dengan Kesenjangan Ekonomi Tertinggi, RI Termasuk?

Pemulihan ekonomi yang dilakukan sejak krisis finansial global di tahun 2008 telah memberikan implikasi di berbagai bidang. Hal ini juga mengakibatkan semakin besarnya kesenjangan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat dunia.

Laporan yang dikeluarkan oleh Credit Suisse memperlihatkan kekayaan yang dikuasai orang terkaya dunia semakin besar. Akan tetapi hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan kekayaan bagi penduduk kelas bawah.

Dalam laporan Credit Suisse's Global Wealth Report 2016 tersebut, Rusia ditetapkan sebagai negara dengan kesenjangan ekonomi terbesar. Satu persen orang terkaya di Rusia mengatur 74,5 persen kekayaan nasional. Berita selengkapnya baca di sini

Video Terkini