Liputan6.com, New York - Harga minyak melonjak ke level US$ 50 barel seiring negara produsen minyak utama tergabung dalam OPEC setuju memotong produksi untuk pertama kali sejak 2008. Hal itu mendukung pergerakan harga minyak.
Pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari naik US$ 4,21 menjadi US$ 49,44 per barel. Harga minyak WTI naik 9,6 persen. Pada awal perdagangan sempat naik 10 persen, terbesar sejak Februari.
Sedangkan harga minyak Brent untuk pengiriman Januari melonjak US$ 4,09 per barel atau 8,82 persen menjadi US$ 50,47 per barel. Kontrak itu sudah tak berlaku pada Rabu waktu setempat. Harga minyak kontrak Februari naik 8,9 persen menjadi US$ 51,51. Sepanjang November, harga minyak naik hampir liam persen. Hal itu lantaran pelaku pasar bersikap menunggu hasil pertemuan OPEC.
The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) setuju memotong produksi minyak dari Januari sekitar 1,2 juta barel per hari atau lebih dari tiga persen. Produksi minyak itu menjadi 32,5 juta barel per hari.
Baca Juga
Dalam pertemuan OPEC itu, Arab Saudi mengatakan, pihaknyaakan pangkas produksi minyak hampir 500 ribu barrel per day (bpd) menjadi 10,6 juta.
Irak memangkas produksi 200 ribu bpd. Sedangkan Iran diizinkan untuk meningkatkan produksi seiring pertimbangan negara itu lepas dari sanksi.Hal itu diperlukan untuk kembali mendapatkan pangsa pasarnya usai Iran lepas dari sanksi barat.
Sedangkan Rusia menyetujui pangkas produksi minyak 300 ribu bpd. OPEC akan bertemu dengan produsen negara minyak non OPEC pada 9 Desember.
Harga minyak diprediksi lanjutkan penguatan usai kesepakatan OPEC. Akan tetapi, penguatan harga minyak jadi terbatas seiring pelaku pasar skeptis pemangkasan produksi minyak akan efektif.
"Ini akan memakan waktu untuk melihat siapa yang akan mematuhi aturan-aturan. Di masa lalu tidak semua produsen memenuhi perjanjian untuk memangkas produksi. Akibatnya ada skeptisme kalau hasil pertemuan itu akan ditaati," ujar Oliver Sloup, Direktur IITrader.com, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (1/12/2016).
Kuwait, Venezuela, dan Aljazair sepakat untuk memantau kepatuhan dengan perjanjian OPEC tersebut. Direktur Wisdomtree Viktor Nossek menilai, AS juga akan bereaksi terhadap produksi minyaknya.
"Sementara harga bisa naik lebih lanjut dalam waktu dekat, kami harapkan keuntungan jangka pendek dengan kemungkinan produksi AS meningkat sehingga dorong harga lebih tinggi," ujar dia.
Bursa saham dan pasar obligasi pun bereaksi terhadap hasil pertemuan OPEC. Harga minyak cenderung reli sehingga berimbas ke saham-saham energi.
Saham Exxon Mobil Corp,Chevron Corp, dan Schlumberger cenderung menguat. Saham-saham produsen minyak ASÂ melonjak lebih dari 10 persen termasuk Pioneer Natural Resources, Hess Corp dan Anadarko Petroleum.
Advertisement
Â