Liputan6.com, Jakarta Pengusaha angkutan merugi akibat berlangsungnya aksi demo 2 Desember yang berlangsung di Monumen Nasional (Monas) oleh beberapa ormas.
Meski pengusaha mendapatkan sewa dari pelaku demo, namun jumlah angkutan yang disewa lebih kecil daripada kerugian pengusaha akibat penurunan mobilitas masyarakat.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan mengungkapkan, angkutan umum di seluruh Jabodetabek tetap beroperasi meskipun ada aksi demo 2 Desember, dari sejumlah ormas dan buruh yang menyuarakan penolakan upah murah.
Advertisement
Baca Juga
"Pengusaha angkutan bukannya untung malah rugi, karena mobilitas masyarakat turun terutama taksi, angkot, bajaj, buskota. Masyarakat kan banyak yang libur atau mengurangi aktvitas apalagi ke arah Jakarta Pusat, jadi penumpang sepi," kata Shafruhan saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (2/12/2016).
Seiring penurunan jumlah penumpang, Shafruhan mengakui, setoran dari sopir ke pengusaha angkutan ikut merosot. Kerugiannya mencapai 40 persen-50 persen dari total armada yang tidak jalan.
"Contohnya taksi, kerugiannya bisa 40 persen dari jumlah taksi yang tidak beroperasi. Katakanlah 10 ribu armada taksi tidak jalan. Kalau satu armada biasanya setoran 300 ribu, bisa dibayangkan lumayan besar ruginya," tutur dia.
Sementara itu, dia mengaku, jumlah angkutan yang disewa para pendemo tidak terlalu banyak. Kerugian lebih besar dibanding keuntungan yang diperoleh dari jasa carter ini.
"Kalau disewa kan paling cuma nge-drop, tidak seberapa hasilnya dan jumlahnya juga tidak banyak. Jadi pengusaha angkutan bukannya untung, malah rugi akibat demo," papar Shafruhan.(Fik/Nrm)