Sukses

Harga Minyak RI Turun US$ 3,39 per Barel di November

Perkembangan harga ICP ini, sejalan dengan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) November 2016 turun dibandingkan Oktober 2016. Perkembangan harga ICP ini, sejalan dengan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional.

‎Seperti dikutip dari situs resmi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Jumat (2/12/2016), ICP November mencapai US$ 43,25 per barel, turun sebesar US$ 3,39 per barel dari US$ 46,64 per barel pada bulan sebelumnya.

Sementara harga SLC November lebih rendah US$ 3,02 per bulan dari US$ 47,55 per bulan pada Oktober 2016 menjadi US$ 44,53 per bulan.

Perkembangan harga ICP ini, sejalan dengan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada  November 2016 yang mengalami penurunan dibandingkan Oktober 2016, yaitu Brent (ICE) turun  sebesar US$ 4,31 per barel dari US$ 51,39 per barel  menjadi US$ 47,08 per barel.

WTI (Nymex) turun sebesar US$ 4,18 per barel dari US$ 49,94 per barel  menjadi US$ 45,76 per barel dan Basket OPEC turun sebesar US$ 4,73 per barel  dari US$ 47,87 per barel  menjadi US$ 43,14 per barel.

Menurut Tim Harga Minyak Indonesia, penurunan harga minyak mentah tersebut karena beberapa faktor yakni berdasarkan publikasi ‎International Energy Agency (IEA) pada November 2016, produksi minyak mentah OPEC  Oktober 2016 naik sebesar 0,23 juta barel per hari menjadi sebesar 33,83 juta barel per hari dibandingkan produksi minyak mentah d September 2016  sebesar 33,60 juta barel per hari.

Selain itu, berdasarkan laporan  Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada‎ November 2016, yaitu produksi minyak mentah OPEC di Oktober 2016 naik sebesar 0,24 juta barel per hari menjadi 33,643 juta barel per hari dibandingkan produksi minyak mentah  September 2016 yaitu sebesar  33,407 juta barel per hari.

Proyeksi permintaan minyak mentah global  2016 turun sebesar 0,01 juta barel per hari  menjadi sebesar  94,40 juta barel per hari  dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya yaitu sebesar 94,39 juta barel per hari.  

Hal lainnya yang juga menyebabkan penurunan harga minyak adalah menguatnya nilai tukar Dollar Amerika Serikat dibandingkan beberapa mata uang utama dunia lainnya, antara lain Euro, Pound dan Yen, yang menurunkan daya tarik atas komoditas berbasis Dollar.(Pew/Nrm)