Sukses

Keraguan Kesepakatan OPEC Angkat Harga Minyak

Kenaikan pasokan minyak sebesar 12,2 persen minggu lalu adalah peningkatan satu minggu terbesar sejak Februari 2011.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah diperdagangkan naik pasca kesepakatan negara-negara anggota pengekspor minyak (OPEC) untuk memangkas produksinya. 

Namun, pasar kemudian kehilangan kepercayaan jika pemotongan produksi OPEC akan cukup untuk mengurangi kelebihan pasokan mengingat terjadinya peningkatan pengeboran di Amerika Serikat (AS).

Alhasil, melansir laman Reuters, Selasa (6/12/2016), harga minyak mentah AS West Texas Intermediate sempat naik 11 sen atau 0,21 persen ke posisi US$ 51,79 per barel, sebelum turun ke level U$ 51,11 per barel.

Sementara harga minyak mentah Brent menetap di US$ 54,94 per barel, naik 48 sen atau 0,88 persen sebelum kembali ke US$ 54,22 per barel.

Kondisi harga minyak di awal pekan ini, menjadi pertanda jika reli berpotensi terhenti meski tetap naik, di mana harga naik 19 persen sejak keputusan OPEC pada Rabu pekan lalu sedikit terpukul.

Adanya kenaikan pasokan sebesar 12,2 persen minggu lalu adalah peningkatan satu minggu terbesar sejak Februari 2011.

Investor kini mengalihkan fokus mereka pada adanya kenaikan pengeboran, kata Tariq Zahir dari Tyche Capital Advisors di New York.

"Spread antara Brent-WTI spread telah pecah, dan banyak yang harus dilakukan tidak hanya dengan shale tetapi dengan gagasan bahwa akan ada lebih banyak pengeboran," kata Zahir.

Terlihat, rig pengeboran di AS meningkat pada Jumat. Peningkatan ini mendorong sentimen bahwa shale pengeboran akan mengimbangi pemotongan potensial dari produsen lain.

Usai OPEC setuju untuk mengekang produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) sejak Januari, semua mata kini beralih ke rencana pertemuan antara OPEC dan produsen non-OPEC untuk memperluas kesepakatan di akhir pekan ini.

Arab Saudi mengatakan bahwa mereka akan memotong harga jual resminya ke Asia, menunjukkan bahwa hal itu sebagai upaya untuk mempertahankan pangsa pasar.

Sementara produsen non-OPEC diperkirakan akan setuju untuk menambah output potongan 600 ribu bph pada pertemuan di Wina pada 10 Desember.

Transneft, perusahaan Rusia, disarankan untuk memulai pengurangan produksi minyaknya pada Maret.