Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia tergelincir didukung data pasokan Amerika Serikat (AS) merosot. Selain itu, pelaku pasar juga ragu terhadap langkah OPEC untuk memangkas produksi minyak.
Harga minyak Brent turun 93 sen atau 1,7 persen menjadi US$ 53 per barel. Sedangkan harga minyak Amerika Serikat merosot US$ 1,16 atau 2,3 persen tergelincir menjadi US$ 49,77.
Badan Energi Amerika Serikat (AS) atau EIA menyatakan pasokan minyak turun 2,4 juta barel pada awal Desember. Sebelumnya analis perkirakan pasokan minyak susut lebih dari satu juta barel.
Pasokan di Cushing,Oklahoma naik 3,8 juta barel pada pekan lalu. Analis menilai laporan EIA sama dengan American Petroleum Industry (API).
"Saat ini fokus terhadap produsen minyak dan OPEC.Pelaku pasar juga ragu negara non OPEC mampu untuk memangkas produksi 600 ribu barel," ujar Direktur ClipperData Matt Smith, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (8/12/2016).
Baca Juga
Sebelumnya the Organization of the Petroleum Exporting (OPEC) setuju memangkas produksi minyak 1,2 juta barel per hari pada pekan lalu. Pemangkasan produksi itu mulai Januari 2017, dan bertujuan kurangi pasokan global serta menaikkan harga minyak.
OPEC berharap negara non OPEC dapat berkontribusi dengan memangkas 600 ribu barel per hari. Rusia menyatakan kurangi produksi minyak sekitar 300 ribu barel per hari.
Menteri Energi Nigeria Emmanuel Kachikwu menyatakan, OPEC akan memangkas produksi minyak meski Rusia hanya menjadi satu-satunya negara non OPEC yang pangkas produksi.
"Pada pertemuan pekan ini dengan produsen non OPEC mendorong spekulasi produksi minyak non OPEC kena pangkas lebih besar," tutur Jim Ritterbusch, Presiden Direktur Ritterbusch and Associates.
Harga minyak telah melonjak 20 persen setelah OPEC dan Rusia mengumumkan pangkas produksi. Kemudian OPEC dan Rusia pun melaporkan produksi capai rekor.
Advertisement