Sukses

Pedagang Lebih Pilih Kentang Lokal asal Dieng Dibandingkan Impor

Petani resah dengan peredaran kentang impor di pasar tradisional yang dinilai merugikan.

 

Liputan6.com, Jakarta Pedagang di pasar tradisional Grogol, Jakarta Barat mengaku lebih suka menjual kentang hasil petani lokal yang dipasok dari Dieng, Jawa Tengah. 

Pedagang sayur mayur di Pasar Grogol, Nardi (41) asal Solo mengaku lebih memilih berjualan kentang lokal karena memang lebih diminati konsumen atau masyarakat.

""Kentang di sini lokal semua. Kadang di pasar induk sih ada yang jual kentang impor, tapi tidak enak. Berair kalau mau buat bikin perkedel. Itu kentang impor dari Taiwan, kalau tidak salah," tutur dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (9/12/2016).

Meski, dia mengakui, harga kentang lokal lebih mahal dari kentang impor yang kini sedang diributkan para petani. Harga kentang impor dan lokal terpaut selisih Rp 2.000 per kilogram (kg). Untuk harga kentang saat ini, dia mengaku terus merangkak naik menjadi Rp 14.000 per kg.

"Buat pembeli memang harganya jauh antara kentang impor dan lokal. Yang mikir harga pasti dia beli kentang impor, tapi buat yang tahu kualitas, pasti akan pilih kentang lokal," Nardi menambahkan.

Seperti diketahui, sejumlah petani kentang dan hortikultura dari Dieng, Jawa Tengah menggelar unjuk rasa di depan kantor Kementerian Perdagangan pada kemarin (8/12/2016).  Petani resah dengan peredaran kentang impor di pasar tradisional yang dinilai merugikan.

Terkait demo para petani,  Nardi turut mengakui jika selama ini rantai distribusi barang dari petani sampai ke pedagang melalui 5 jalur. Alurnya yakni dari petani kecil, bergerak ke pengepul atau tengkulak, lalu ke bandar besar di pasar induk, kemudian dibagi-bagi ke pengecer grosiran, barulah ke pedagang kecil.

"Nah yang menentukan harga kentang di tingkat petani pasti kan si tengkulak. Dia pasang harga rendah tapi jualnya untung banyak. Makanya harga di tingkat konsumen sudah mahal, padahal pedagang kayak kita tidak ambil untung besar," tandas dia.

Pedagang lain, Yudi (32) asal Lampung juga mengatakan jika kentang yang dijualnya asli dari Dieng, Jawa Tengah.  "Ini yang saya jual kentang lokal, asli Dieng. Jadi tidak ada impor," kata dia.

Menurut Yudi, beberapa tahun lalu pernah beredar kentang impor asal China. Kentang impor ini beda dengan kentang ‎lokal, bentuknya besar, agak putih, bersih mulus. "Tapi sekarang setahu saya tidak ada impor, kan sekarang lebih ketat. Kalau dulu ada dari China," jelasnya.

Harga kentang lokal di pasar saat ini tercatat mengalami kenaikan Rp 2.000 per kg dari Rp 12.000 menjadi Rp 14.000 per kilonya. "Pasokan mulai berkurang, sedangkan permintaan banyak, malah meningkat terus. Mungkin karena faktor cuaca, sering banjir jadi panen gagal," terang Yudi. (Fik/Nrm)


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati‎ optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 bisa lebih baik dibandingkan tahun ini. Jika pada 2016 diprediksi mencapai 5 persen, maka pada tahun depan diharapkan bisa tumbuh lebih dari 5,1 persen.

Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi 5 persen pada tahun ini memang lebih baik dibandingkan tahun lalu. Namun seharusnya di 2016 ini ekonomi Indonesia ‎bisa tumbuh lebih tinggi lagi.

"Ekonomi 2016 akan ditutup dengan 5,0 persen, itu memang lebih baik dari tahun lalu, tapi itu bukan suatu yang terbaik yang bisa kita lakukan. Kita masih bisa lakukan lebih baik lagi," ujar dia dalam Economic Outlook 2017 Ikatan Bankir Indonesia (IBI) di Jakarta, Jumat (9/12/2016).

Sementara untuk tahun depan, meski dalam asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 telah menetapkan angka 5,1 persen, Sri Mulyani optimis ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih dari asumsi tersebut.

"Tahun depan depan APBN kita diasumsikan 5,1 persen, itu adalah suatu asumsi yang hati-hati. Saya tahu Bank Indonesia mengeluarkan proyeksi yang rangenya 5,0 persen-5,4 persen. Kita terus berharap bisa mencapai lebih tinggi dari 5,1 persen," tandas dia.