Liputan6.com, Jakarta - Jumlah kunjungan masyarakat ke pusat belanja atau mal pada libur panjang ini mengalami kenaikan hingga 30 persen. Kenaikan tersebut mayoritas terjadi pada mal yang lokasinya berada di sekitar perumahan.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta Ellen Hidayat mengatakan, pada libur panjang seperti saat ini, mal yang yang berada di sekitar perumahan biasanya mengalami lonjakan kunjungan lebih tinggi ketimbang mal yang berada di daerah perkantoran.
Bagi beberapa keluarga memang pergi ke mal menjadi salah satu pilihan untuk menghabiskan waktu. Selain itu, bagi beberapa keluarga lain memilih untuk berlibur ke luar kota.
Advertisement
"Rata-rata saat long weekend ini tampak di beberapa pusat belanja mengalami kenaikan traffic sekitar 20 persen-30 persen, dari traffic weekend normal," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (12/12/2016).
Ellen menjelasnan, biasanya pada libur panjang seperti ini, masing-masing mal menggelar berbagai macam program hiburan hingga diskon. Hal tersebut dilakukan untuk menarik lebih banyak pengunjung. "Semua mal rata-rata ada sale-nya. Dan punya berbagai program untuk mendatangkan pengunjung," kata dia.
Baca Juga
Sementara untuk Natal dan Tahun Baru, lanjut Ellen, diperkirakan akan terjadi lonjakan pengunjung hingga 40 persen. Hal ini bisa terealisasi bila kondisi keamanan di kota-kota besar tetap kondusif hingga pergantian tahun. "Diharapkan bila suasana kondusif, maka kenaikan traffic saat liburan Natal bisa ada kenaikan sekitar 40 persen," tandas dia.
Selain mal, okupansi hotel juga naik saat libur panjang. Tingkat hunian hotel (okupansi) hotel mengalami lonjakan menjadi 60 persen. Lonjakan tersebut khususnya terjadi sejumlah yang menjadi favorit tujuan wisata masyarakat.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani mengatakan, sejumlah hotel di daerah yang menjadi destinasi wisata seperti Puncak Bogor, Yogyakarta, Bali dan sebagainya mengalami lonjakan okupansi cukup tajam. Kenaikan tersebut terjadi sejak Sabtu pekan lalu. "Yang ramai itu Puncak, Yogyakarta, Bali, Malang, Bandung," ujar dia.
Namun lonjakan okupansi ini, lanjut Haryadi, masih kalah jika dibandingkan libur hari raya keagamaan seperti Idul Fitri. Pada saat itu okupansi hotel bisa mencapai 80 persen.
"Kalau Lebaran yang ramai itu di daerah yang menjadi tujuan orang untuk mudik. Tapi seperti di Jakarta malah drop, bisa cuma 20 persen-30 persen," kata dia.
Meski terjadi lonjakan okupansi pada libur panjang, lanjut Haryadi, mayoritas harga kamar hotel tidak mengalami kenaikan. Kenaikan harga biasanya dilakukan jika sebuah hotel mengalami kebanjiran pemesanan kamar. "Saat ini harga normal. Kalau hotelnya ramai banget itu baru dia naikan, tapi kalau over all sih nggak," tandas dia. (Dny/Gdn)