Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2017 bakal lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit di tahun ini. Perbaikan harga komoditas menjadi salah satu pendorong pertumbuhan kredit di tahun depan.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menjelaskan, dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan kredit industri perbankan nasional memang terus tertekan. Pelemahan pertumbuhan kredit tersebut karena beberapa hal.
Penyebab pertama adalah pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia. Pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia tersebut membuat permintaan akan barang produksi Indonesia juga melemah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan pun menahan ekspansi sehingga permintaan kredit juga menurun.
Advertisement
Alasan kedua karena pelemahan harga komoditas. Mirza bercerita, pada 2010 hingga 2012 harga komoditas melambung sehingga mendorong perusahaan di Indonesia untuk terus ekspansi. Salah satu cara untuk memenuhi pendanaan ekspansi tersebut adalah pinjaman bank. Oleh sebab itu, penyaluran kredit di tahun tersebut cukup besar.
Baca Juga
Namun kemudian dalam beberapa tahun terakhir harga komoditas turun drastis sehingga perusahaan menahan ekspansi. "Kredit bank juga ikut terpengaruh karena penurunan harga komoditas," jelas dia seperti ditulis Selasa (13/12/2016).
Pelemahan kredit dalam beberapa tahun terakhir juga karena bank sedang memperbaiki angka kredit bermasalah. "Setelah kredit bermasalah mampu dibenahi, tahun depan bank mulai ekspansi kembali," tambah dia.
Mirza melanjutkan, untuk tahun depan, pertumbuhan kredit diperkirakan akan berada di atas 10 persen. Hal tersebut karena telah terjadi perbaikan pertumbuhan ekonomi nasional maupun dunia. "Kalau kami lihat, ada tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena harga komoditas yang lebih baik," ucap dia.
Untuk diketahui, BI mencatat pertumbuhan kredit sebesar 7,04 persen secara year on year (YoY) menjadi Rp 4.246 triliun hingga Oktober 2016. Pertumbuhan penyaluran kredit bank itu terutama terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi.
Kredit modal kerja (KMK) tercatat Rp 1.963,5 triliun pada Oktober 2016 atau tumbuh 5,9 persen (YoY) dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,1 persen.
Peningkatan KMK terutama pada subsektor konstruksi serta pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Selain itu, pertumbuhan kredit investasi juga meningkat dari 9,3 persen YoY pada September 2016 menjadi 10,1 persen pada Oktober 2016.
Pertumbuhan kredit investasi didorong pertumbuhan subsektor industri pengolahan serta perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang masing-masing tumbuh 4,6 persen (YoY), dan 13,7 persen (YoY), lebih tinggi ketimbang September 2016 yang tumbuh 3 persen dan 12,3 persen YoY. (Gdn/Ndw)