Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga minyak dunia pada akhir 2016 merefleksi pembentukan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), termasuk solar bersubsidi yang telah lama tidak naik.
Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, kenaikan harga solar subsidi dapat mencapai Rp 500 per liter. Hal itu lantaran perubahan harga solar sempat tertunda.
"Ada kondisi yang sebelumnya memang sudah rugi. Itu pasti naiknya akan besar. Mungkin sekitar Rp 500," kata Bambang, dalam Pertamina Energy Forum 2016, di kawasan Bisnis Sudirman, Jakarta, Senin (13/12/2016).
Bambang mengungkapkan, harga solar subsidi seharusnya naik sejak Oktober 2016. Namun keputusan tersebut tidak diambil karena masih bisa ditutupi dengan laba penjualan solar dari bulan-bulan sebelumnya.
Baca Juga
"Solar itu rugi sebenarnya di Oktober tapi kenapa kami tidak mau naikkan karena kami masih punya untung untuk solar," ucap Bambang.
Namun menurut Bambang, laba penjualan solar tersebut tidak bisa digeser untuk menutupi kenaikan harga solar, karena laba tersebut untuk 2016. Sementara kenaikan harga solar subsidi sudah memasuki 2017.
"Nah tapi Januari ini tahun baru beda tahun. Tidak bisa digeser kan? Tidak bisa. Jadi harus start, nah itu pasti agak besar kenaikannya," tutur Bambang.
Advertisement