Sukses

3 Sektor Paling Prospektif di Indonesia pada 2017

Sektor pariwisata dan travel, kesehatan, dan e-Commerce akan menjadi sektor yang paling prospektif di tahun depan.

Liputan6.com, Jakarta - Sektor pariwisata dan travel, kesehatan, dan e-Commerce akan menjadi sektor yang paling prospektif di tahun depan. Oleh karena itu, pemerintah perlu menciptakan ekosistem yang mampu mendukung perkembangan ketiga sektor tersebut. 

Board of Advisor Indonesia Services Dialogue Council (ISD) Mari Elka Pangestu menjelaskan, terdapat tiga sektor yang akan menjadi primadona dalam aktivitas ekonomi di 2017. ketiga sektor tersebut adalah pariwisata dan travel, kesehatan serta e-Commerce

"Untuk semakin mendorong perkembangan sektor tersebut, perlu diciptakan sebuah ekosistem yang mendukung inovasi pengembangan sektor jasa termasuk talent, akses modal, dan partnership,” Mari Elka dalam paparannya di forum Indonesia Services Outlook 2017, seperti dikutip pada Selasa (13/12/2016). 

Beberapa dukungan yang perlu dilakukan adalah percepatan pembangunan infrastruktur pendukung, intensifikasi digital untuk meningkatkan efisiensi dan memberikan kenyamanan bagi konsumen, penerapan PPN 0 persen bagi ekspor Jasa Kena Pajak (JKP), dan menyederhanakan regulasi agar lebih efektif dan efisien.

Pariwisata dan travel merupakan salah satu sektor jasa dengan pertumbuhan tertinggi. Kontribusinya mencapai 9,6 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan 8,7 persen terhadap penyerapan tenaga kerja. Namun demikian, kontribusi jasa pariwisata dan travel Indonesia masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN.

Dengan adanya fokus 10 destinasi pariwisata yang dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, sektor ini diharapkan dapat membuka lebih banyak lagi peluang investasi, penciptaan lapangan kerja baru, dan kontribusi bagi PDB.

Hasil laporan World Tourism Council mengindikasikan bahwa setiap pembelanjaan US$ 1 miliar untuk pariwisata dan travel dapat mendukung 200 pekerjaan baru serta memberikan kontribusi US$ 1,7 miliar terhadap PDB.

Sedangkan untuk sektor jasa kesehatan, lanjut Mari, kebijakan pemerintah menyangkut Jaminan Kesehatan Nasional menjadi pemicu peningkatan pertumbuhannya.

Belanja kesehatan dari US$ 26 miliar atau 3,1 persen dari PDB Indonesia di tahun 2011, diperkirakan akan meningkat 200 persen di tahun 2020.

Industri farmasi pun diproyeksikan tumbuh 10 persen sampai 12 persen per tahun. Bahkan, pangsa pasar untuk alat-alat kesehatan juga tumbuh 13 persen per tahun dan diperkirakan akan mencapai angka US$ 1,22 miliar di tahun 2018.

JKN telah memberikan kesempatan luas kepada masyarakat Indonesia untuk mengakses layanan kesehatan. Sebagai dampaknya, terjadi kelebihan permintaan (excess demand) sehingga banyak rumah sakit yang berencana melakukan ekspansi dalam hal fasilitas-fasilitas kesehatan.

“Saat ini rasio penggunaan tempat tidur (bed occupancy rate) rumah sakit dengan jumlah penduduk adalah 1:1.000. Sementara rasio dokter hanyalah 0,4 per 1.000 penduduk. Angka-angka ini jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga kita,” tambah Mari Elka.

Pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 memang telah mencanangkan pembangunan infrastruktur kesehatan. Namun dukungan dari sektor swasta serta lingkungan regulasi yang suportif perlu dikedepankan untuk meningkatkan belanja infrastruktur kesehatan dari US$ 57,3 miliar di 2014 menjadi US$ 138,6 miliar di tahun 2025.

e-Commerce

Seperti juga di tahun 2016, sektor e-Commerce masih akan menjadi primadona di tahun 2017 mengingat potensi dan pangsa pasar yang besar. Bank Indonesia merilis nilai transaksi e-Commerce akan melebihi angka Rp 65,6 triliun pada tahun 2016 ini atau naik signifikan dari Rp 47,8 triliun di tahun 2015.

Di samping itu, Google juga memproyeksikan bahwa Indonesia akan mendominasi 52 persen pasar e-Commerce di Asia Tenggara pada tahun 2025.

Mari Elka menilai ada beberapa faktor pendukung yang membuat sektor e-Commerce di Indonesia menjadi lahan yang menjanjikan. Misalnya, penetrasi internet yang terus meningkat, pertumbuhan kelas menengah yang merupakan pangsa terbesar e-Commerce, serta diluncurkannya Paket Kebijakan Ekonomi Jilid 14 tentang e-Commerce yang memberikan kepastian dalam hal pendanaan, keringanan pajak, keamanan siber serta pengawasan yang kredibel dalam Peta Jalan e-Commerce.

"Potensi e-Commerce yang besar turut membuka ruang bagi sektor FinTech (Financial Technology) untuk berkembang. Teknologi ini memudahkan konsumen untuk melakukan pembayaran online, mencari pinjaman, berinvestasi, dan mengatur keuangan serta menemukan momentum yang tepat untuk memasuki pasar Indonesia.” pungkas Mari Elka. (Gdn/Ndw)