Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) menyiapkan sejumlah strategi investasi dan pembiayaan di tengah kenaikan harga minyak dan gas dunia untuk menjaga ketahanan energi dalam negeri.
Direktur Keuangan PT Pertamina Arif Budiman mengatakan perseroan menyiapkan belanja modal sebesar US$ 3 miliar atau setara Rp 39,8 triliun pada tahun depan.
Rencananya belanja modal tersebut akan dipakai sebagai project financing, ECA (Export Credit Financing), reserve base lending untuk aset di luar negeri dan equity light instrument yang sudah ditawarkan ke investor yang mau repatriasi.
Advertisement
Baca Juga
“Terlepas dari sumber-sumber pembiayaan yang lebih tradisional seperti obligasi dan pinjaman korporasi. Pertamina saat ini sedang mengkaji bentuk pendanaan lain di luar pinjaman bank dan obligasi,” kata dia dalam acara Pertamina Energy Forum, di kawasan bisnis Sudirman, Jakarta, Rabu (14/12/2016).
Terkait dengan kinerja keuangan, dia mengatakan, fokus utama Pertamina adalah efisiensi yang mendorong pertumbuhan laba bersih sehingga naik cukup tajam sekitar 100 persen dari tahun sebelumnya. Hingga kuartal ke-3 tahun ini Pertamina telah melakukan efisiensi US$ 1,6 miliar.
"Selain itu Pertamina juga berhasil menurunkan posisi utang dari US$ 17,4 miliar menjadi US$ 11,6 miliar dengan cara menukar utang lama dengan pinjaman baru yang memiliki bunga lebih rendah,” lanjut Arief.
Sementara itu, Kepala Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Goro Ekanto, mengatakan, untuk mendukung peningkatan investasi di industri hulu migas, pemerintah akan memberikan insentif fiskal. Di antaranya keringanan pajak baik itu pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPn) maupun pajak bumi dan bangunan (PBB).
“Untuk tahap eksplorasi, kementerian juga akan memberikan sejumlah insentif,” tutup Goro.(Pew/Nrm)