Sukses

Pedagang Pilih Kentang Lokal Dibanding Impor, Ini Alasannya

Pedagang lebih memilih kentang lokal dibanding impor

Liputan6.com, Jakarta Pedagang tak tahu-menahu mengenai peredaran kentang impor. Pedagang menganggap, kentang impor sudah lama hilang dari peredaran.

Salah satu pedagang di Pasar Kebayoran Lama, Imam (31) mengaku tak mengetahui adanya isu kentang impor di pasaran. Namun, dia bilang kentang lokal khususnya yang berasal dari Dieng Jawa Tengah memiliki kualitas yang lebih baik.

"Orang paling suka kentang Dieng," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, di Pasar Kebayoran Lama Jakarta, Jumat (16/12/2016).

Secara fisik, dia menerangkan kentang Dieng memiliki bentuk yang relatif lebih kecil sementara kentang impor sedikit lebih besar.

Kemudian, kulit kentang Dieng cenderung bertanah. Berbeda dengan kentang impor yang tampilan luarnya bersih. Di dalamnya, kentang Dieng cenderung berwarna kuning sementara kentang impor berwarna putih.

"Sekarang nggak ada kentang impor, kalau dulu ada kuning-kuning bersih (kulit), tapi dalamnya putih, tapi nggak banyak yang suka," jelas dia.

Lebih lanjut, kendati kentang lokal tersebut kecil, namun tak gampang busuk. Berbeda dengan kentang impor yang gampang busuk.

"Kentang impor itu baru sehari kuning, habis itu kulitnya hitam," tutur dia.

Imam mengatakan, kentang lokal tak gampang hancur saat diolah menjadi makanan. Sementara, kentang impor gampang hancur karena cenderung berair.

"Kentang impor itu blenyek, gampang hancur, kentang Dieng kan pulen," kata dia.

Memang, dari segi harga kentang impor cenderung lebih murah. Apalagi, ketika kentang lokal pasokannya tersendat. Alhasil harga selisih harganya juga lebih tinggi. Imam mengatakan, selisih jual antara kentang impor dan lokal sekitar Rp 2 ribu.

Saat ini, harga jual kentang lokal di pasaran Rp 14 ribu per kg. Harga ini naik dibanding pekan lalu sebesar Rp 12 ribu.

"Kentang dari Pasar Induk sekarang Rp 12 ribu per kg," tandas dia.

Video Terkini